Jumat, 29 Oktober 2010

Di Antara Langit Dan Bumi

KISAH TENTANG SANG BUMI

Jangan kau sangka lagi
Akan “nina bobo” ibu tercinta…
Kala kita menangis dengan mata terpincing
Sehingga sudah tidak jelas lagi
Warna pagi dengan semburat…
Kuning mentari.

Lantas mau saja kita terlelap
dalam ayunan ibu tercinta
Yang mengusap dengan “batuk kecil Merapi”
Atau gemerecik air kali untuk mandi
Bidadari di Mentawai,

Atau mungkin dengus nafas sang ibu
Sudah tak wewangi, kala atmosfer dikungkung
debu jaman……..
Atau pula wajah elok sang ibu
Berpupur dan bergincu ayu
Telah digurati ornament ego
Oleh nafas nafas yang bergayut di bahunya

Kita mungkin tiada pernah merasa
Bila dalam aliran nadi sang ibu
Telah mengalir prosa tentang peluk cium
Sang pantai dan manja burung
Penghuni hijau pohon jambu dan buah lainnya…………..(Semarang, 29 0ktober 2010).

LANGIT KITA

Telah hilang seloroh dan kidung merdu
Ketika dahulu mereka tetap berbaris
Meski dalam sunyi
Hingga petak sawah dan gurau angin
Tidak jalang menerpa apa yang….
Menusuk ketiak bumi

Mereka berbaris dengan merapat ke langit
Hingga tak ada nafas telanjang.
Yang menghardik dengan petir
Dan mengusap dengan badai,
Serta berpagar hujan setahun

Barisan yang sunyi…….
Adalah yang ada dalam nafas kita
Sehingga tenggorokan menjadi lega
Dan dana tiada lagi tertusuk
Sembilu dari debu debu bermata liar

Barisan sunyi di langit…….
Kini bertaut pada jelaga menghitam
Menaburkan bara mengering di bulir padi
Tiada menyisakan lagi hari esok
Untuk lengan lengan kecil…………………………..(Semarang, 29 0ktober 2010).


“ARCHIPELAGO”

Tarian ini diusung oleh pohon pohon Waisor
Kala masih berjajar rapat
Berias alam ayu
Untuk tempat berkejaran para bidadari

Mereka kini tak lagi berjajar rapi
Untuk menari di ufuk senja hari
Dapatkah kau sodorkan lagi
Sebuah nyanyian pelipur lara
Bukan dengan air mata sendu.
Agar bocah bocah desa
Masih bisa
Mengejar kupu bersayap warna
Dan cengkerik penghibur tidur malam mereka

Menarilah sesuka hati
Agar tsunami menjadi segan menerjang
Agar pula angin muson
Sampai ke tujuannya. …………………………..(Semarang, 29 0ktober 2010).

MERAPI

Jangan lagi kau berduka…..
Tidurlah dengan dengan alam agar pulas
Tiada lagi tanpa selimut bulu bulu domba
Yang menerjang panas

Tidurlah, sampai tak terasa penat lagi
Agar debu debu jalanan tidak liar
Bercanda dengan angin kembara…………………………..(Semarang, 29 0ktober 2010)

PAGI YANG INDAH

Mari kita kayuh perahu angin
Yang berdermaga di bersihnya langit
Berlayar sepanjang warna kain biru
Jangan ada wajah yang menoleh lagi
Biar kita benahi lagi,
Pantai berkanvas nyiur hijau
Berpagar batang bakau

Jangan ada lagi…
Benalu hati yang menghardik
Tiap yang ada di tulusnya
Sebuah torehan
Dari alam di yang “melenggok” tengah kita……………(Semarang, 29 0ktober 2010 ).