Jumat, 25 Februari 2011

Aku Hanya Mampu Berteriak

• Teriakan untuk Kasihku

Biar aku ikatkan suara hatiku pada seutas tali….
Yang aku tautkan pada dinding tebing
Dengan dendam di mata dan merah rona yang menghimpitku
Tak perduli bidadari malam mencibirkan bibir bunganya..
Aku telah terlanjur menitipkan tubuh ini, pada….
keremangan dan kegelapan malam,

Jangan kau sombongkan dan perlihatkan tentang…
Yang kau pergunakan untuk melipat hari hari
Di ketiakmu………
Dengan rajutan fatamorgana dan rajutan kembang halus
Yang kuning keemasan dari keranjang sinar mentari
Bukankah kau hanya debu, bila sudah
Meluruh warna pelangi …..

Akankah hari hari kau jadikan tangga
Lantas kau suruh mereka untuk bersyahwat dengan pelangi
Jangan kau harap mendapatkan …bibir langit
Lantas kau usung pula malam yang merenda,,,bunga bakung
Dan anyaman sutera yang pernah aku sodorkan

Aku coba pula mengunci jendela kamar.
Agar anginpun mau menelanjangi dirinya sendiri
Setelah menerjang malam yang belum mengenal arah
Sementara cakrawala telah aku benahi dengan
Sejuta lampu erotis dan dandanan taman bunga

Mengapa pula tidak kau titipkan
Sebuah sorot mata penuh dengan perjalanan menempuh……..
Mahameru yang digurati lekuk negeri dongeng
Kasihku, mampukah kau pegang erat sebelah tanganmu
Agar kau kokoh menerjang tabir hidup dank au jinjing
Pada sebelah tangan lainnya.

• Teriakan untuk Sang Negeri

Rajutan akar rotan cukup kokoh untuk menjadi kaitan
Saat ibu mengayunku di batang pohon belimbing
Rambut suteranya berderai diterkam angina pasat, yang membawa….
butir hujan dan pesan……

agar seteguk air tawar, jangan kau tinggalkan
hingga basah tenggorokan ini, yang merusak pagar bunga mawar
yang mengelilingi negeri dongeng di serambi sorga
entah karena kemarau yang telah buta matanya
menghempas semua dada yang dulunya kokoh,
membenamkan cangkul di semaian padi

Negeri ini telah dilingkungi batas langit
Yang bergigi tajam dan bernafas api dengan kerlingan mata tajam
Mendidihkan Bromo dan Merapi
Mana mungkin kita menitipkan sepotong tiwul untuk hidup
Bila semua kini bukan yang dulu lagi.

• Teriakan Lirih pada Tuhan

Tuhan, telah aku yakini, masih banyak hari
Yang kau taburkan pada semaian hidup manusia
Agar kami mau menjelang apa yang harus kami raih

Tuhan, telah aku dengar dari bahasa isyarat alam
Bahwa mutumanikam yang kau taburkan telah menanti di balik
Cakrawala negeri Archipelago ini
Namun kami telah memilih jalan lain
Yang tidak mungkin kami bertaut pada jalinan
Penuh misteri yang selama ini hanya berada di atas kepala kami

Tuhan, kiranya Engkau hanya sejenak
Menghiasi senyum di wajahMU

Semarang, 26 Pebruari 2011. PONDOK SASTRA HASTI