Rabu, 18 Januari 2012

Puisi Tentang Negeri Anggek Bulan


kita berdiri bersusun
membentuk mahkota warna warni Bunga Wijaya Kusuma
mesti terselip di tengah Ombak Laut Selatan,
aku kembalikan kerling mata….yang mampu mengecoh
gulungan awan hitam dari langit berwajah bengis
yang menerpakan  atmosfer berjelaga, menghitamkan
pucuk palma sepanjang pantai negeri Anggrek Bulan
yang Indah Bestari.

dalam perjalanan tali sutera sebening embun pagi
kita mampu menukilkan sebuah prosa
yang bertulisan wajah yang berkerut karena kesabaran
dada yang bertelanjang keterbukaan, pagipun
masih berjendela kasih sayang, kita bernyanyi pagi
dengan simponi melodi burung burung manja
kita lupakan, angin prahara dari empat penjuru samudra
dari dua bantalan kutub terpagut dingin membisu.

Kita masih punya arah, yang ditunjukan
angin dua musim yang menyemai hijau tanaman sayur
di kebon belakang rumah kita yang teduh.
Kita acapkali mendengarkan lengking teriakan “Koruptor”.
menggema di tengah kamar berlantai marmer
berpilar romawi kuno dengan altar berlumuran merah darah
dari nafas si kecil yang memungut harap
di tengah sawah, kebon dan pinggir jalanan
kumal dan lusuh, ditengarai dengan mata nanar.

Kita masih memiliki suara hari
“Sebening Batas Pandang” tentang negeri indah
Sepoi angin santun masih mengipasi dada yang telanjang bulat
karena kita  masih menutup rapat catatan Dwikora dan Trikora
atau saudara kembar dari Timor Leste
meski Papua dan Serambi Aceh masih meradang luka
namun balutan kain putih berseri
dari koyakan saudara saudara negeri santun
masih mampu menepis deru dan debu.


Biar saja bulir mutiara berkelip sang mentari
masih mengalungi leher Bukit Barisan dan Jaya Wijaya
membahana menjadikan lembah berpenghuni asri
tempat anak anak kita berkejaran, memungut
layang laying kertas yang terombang-ambing angin katulistiwa
jangan hardik mereka dengan siulan keras menembus
kemanusiaan, seperti punggawa raja yang lapar perutnya.

Mari kita benahi
sayup hasrat mengatur nafas, menjadi dentuman seribu meriam
agar kita bersatu, menuai padi di sawah***