Kamis, 01 Maret 2012

Episoda Saat Aku Bernaung pada Tuhanku


Kau lah yang telah beribu buluh rindu dalam dandananku….
~dalam basah lidahku, untuk mencari ~ di terang warna bulan
di tengah  geram dan meradangnya manusia ,
tetap tergelar pada lazuardi yang Kau tetapkan dalam coretan
langit, dalam pekik awan memenuhi bola langit.

Selaksa kabut hitam memburami sisi jantung yang liar
aku melemparkan pada liuk dan lekuk Kodrat milikMU.
namun bayangan hitam mengelabuhi aku dalam
naungan yang sengaja aku usung untuk lebih kentara
kanvas penuh warna yang aku sodorkan pada langit

Meski hanya setipis kabut dini hari,
namun   tirai tetap samar dan bungkam seribu bahasa
aku bangunkan agar terjaga, dan mampu aku padukan
dengan gambaran hati, yang penuh gejolak deru debu
Kau entah berjarak, selaksa tautan yang aku gapai
dengan gemetar lengan lengan kecilku, sempit dadaku ~ episode
tetap berjalan, tertusuk bilah tajamnya waktu dan jaman

Tak seharusnya aku penat
tak seharusnya melonggar sendiku
tak seharusnya meluruh nafasku
Kau berdiri tegak diatas istana cakrawala~ aku berbenah
pada telapak tanganku bergurat serpihan asa terpagut
noda hitamku yang tertusuk pucuk ilalang,
kala padang hidup merontang, air gunung pun
memalingkan sorot matanya

Belum genap aku lengkingkan sebuah teriakan
untuk membangunkan pipit, kenari serta bakau di pantai
namun tenggorokanku telah hangus  terbakar
oleh prosa hidup yang jauh dari pelipur duka lara
aku punguti satu persatu
lantas semua bajuku  belum mampu menyimpanya

Tuhanku, aku dalam sepi….untuk sebuah NaunganMU   (Semarang, 1 Maret 2012)