Tampilkan postingan dengan label prosa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label prosa. Tampilkan semua postingan

Senin, 22 November 2010

Sebuah Sunyi Yang Penuh Makna

puspa prasasti aji
Saat Uttara yana menghembuskan angin berita…….
Tentang rumput hijau yang tiba tiba saja mongering.
Semua kawanan burung memekik tidak percaya
Seorang penggembala kerbau menyelinap ke pangkuan ibunya, seraya berkata:

“ Ibu seandainya, Sang Resi telah bersemayam di balik Mahameru, apakah masih ada lagi hari hari indah untuk anak miskin seperti aku ?”.
Saat itu sang mentaripun berkalang sejuta selendang bidadari, yang beranyam daun pandan semerbak harum mewangi, dan awan awan hitampun telah pulang ke peraduanya di balik Mount Everest.

Bulanpun di balik tirai kamar pengantinya telah sembab dengan air mata ksedihan
Sementara itu….., di pangkuan Sang Arjuna, Dewi Srikandi yang telah berslingkuh dengan Demi Amba, wanita dengan kulit kuning langsat, mengulum biji biji mentimun di bibir yang hangat menawan dan merah membara, tak ubahnya seperti merah mawar hasrat.

Demi sebuiah cinta Dewi Amba telah memperdaya busur waktu, untuk menjelajah dari episode ke episode berikutnya, guna sebuah pertemuan dengan Resi Bisma, pemuda tampan perkasa,halus budi pekertinya. Lantaran senyumnya semua Bunga Anyelir di Hastinapura menggelorakan kelopaknya.

***
Di Negara Kasi, saat Sang Resi Bisma telah menghamburkan sejuta sayap pesona, sehingga mata bening indah dari Sang Amba tiada lepas memagutnya.
Tersebutlah suatu Titah Dewa, bahwa Resi yang piawai tentang filosofis hidup,pikologi social dan pria Metroseksual serta cerdas, terbukti dengan sejuta prestasi akedemis yang pernah disandangnya berkat gemblengan Resi Bhrihaspati (Mahaguru ilmu politik ) dan Resi Vedangga (Mahaguru Ilmu Sosial ) dan ilmu perang dari Resi Parasurama. Mengikuti Sayembara tentang segala macam ilmu di Negara Kasi dan menanglah Sang Resi yang arif bijaksana tersebut.

Maka berserilah Dewi Amba yang telah merona jantung hatinya, gairah yang terpendam terus saja berkecamauk, . Namun Bisma telah bersumpah kepada dewa untuk tidak bersanding dengan siapapun. Maka merahlah wajah Dewi Amba dengan sekujur tubuhnya yang bergetar lantaran kekecewaan yang mendalam. Hatinya kini berkeping seribu lantaran langit jingga asmaranya kini menghitam jelaga.

Bahkan Sang Resi yang telah membulatkan tekad untuk menyerahkan jiwa raganya semata demi “kesentosaan hidup jalma manusia” terus saja melakukan tapa bratanya meminta Anugerah dan Petunjuk Kepada Yang Maha Kuasa. Bagi Dewi Amba sikap pemuda pujaannya itu, bukanlah halangan yang berarti, maka teruslah dia mencoba menggapai sebilah cinta yang agung itu.

Suatu saat pagi tersenyum gembira dihangati kuning langsat sang mentari yang genit, ilalang dan semak berhenti sesaat menggoyangkan badanya. Sang Merapi tiada lagi membarakan gelora amarahnya, tetapi duduk bersimpuh melihat adegan pertemuan dua insan manusia yang saling berjumpa. Sang Amba menagih janji lantaran Sang Resi yan telah memenangkan sayembara di negaranya itu. Di lain pihak Sang Resi tetap menginginkan tugas sucinya demi kedamaian umat manusia di bumi ini.

Keduanya Nampak bersitegang, kemudian berujung dengan ancaman Sang Resi dengan mengarahkan busur panahnya kepada Sang Amba, entah putaran bumi memang harus berjalan seperti itu, lepaslah anak panah dari busurnya secara tak sengaja hingga tewaslah Sang Amba dengan meninggalkan sebuah janji pada Bharatayuda kelak, dia akan menitis menjadi Dyah Woro Srikandi.

Gusti Ingkah Makaryo Jagadpun mengabulkan sumpah janji Sang Amba,dengan mempertemukan Sang Resi dengan Srikandi, yang berakhir dengan gugurnya Sang Resi.