indah mahanani |
“Gila tuh anak !, hai Lela!,
lihat tuh cowok kamu!, sombongnya minta ampun !”. Kedua bola mata Sylvie seakan
keluar dari rongga matanya
“Udahlah !, biarkan saja dia kan
sudah gede, sudah tahu apa yang harus
dia perbuat “.
“Kamu selalu baikan sama dia sih
Lela “ seru Irma
“Irma !, kenapa kita lupa!, kita
kan sedang berhadapan dengan María Eva Duarte de
Perón . Ibu negara Argantina yang berhati baik dan dekat dengan rakyatnya. Makanya
Lela baik hati terus sama cowok yang kaya Arjuna itu “
“Ah kamu tambah ngaco. Biarkan saja dia berada di
sikap seperti itu. Nanti kalau dia butuh bantuanku, dia kan mendekat sendiri
dengan senyumnya yang ramah, disitulah aku baru menganggapnya Roksi Leonanto “,
Sikap Nurlela seperti inilah yang membuat banyak sokibnya ingin selalu dekat
denganya. Bahkan sebagian sokibnya sudah melekat betul memberi panggilan Eva Peron
pada Nurlela.
Termasuk juga Roksi yang sudah beken dengan sikapnya
yang arogan dan egois, diapun tak segan untuk dekat dengan Eva Paron karena ada
maunya, namun bagi cewek yang santer juga dikenal sebagai cewek pemerhati dan
penuh kepedulian itu, sikap Roksi yang
seprti itu hanya ditanggapi dengan dingin dan tangan terbuka. Sehingga
sokib-sokibnya terkadang merasa heran, mengapa bisa sedekat itu dengan Roksi,
mengapa pula mereka terkadang bagaikan kedua remaja yang tidak saling kenal.
Padahal sebenarnya mereka berdua memang telah
akrab menjadi sokib yang saling “take and give” sesamanya, bukan hanya saling
berbagi uluran tangan untuk masalah sekolah saja. Tetapi semua ganjalan hati
mereka berdua selalu dibalas dengan kepedulian dari keduanya. Meski karakter
menjadi batas antara mereka berdua, namun bagi Eva Peron batas itu bukan
merupakan mata pisau yang tajam.
Roksi “The Ellegan Boy “ selalu
berpenampilan metropolis dan eksklusif
di manapun dia melangkahkan kaki. Diantara sokib-sokibnya Roksi selalu berambisi
dengan egonya untuk mendapatkan atensi dari mereka tentang gagasan dan idenya.
Meski dia harus banyak mengeluarkan doku untuk mentraktir apapun niatan
sokib-sokibnya, demi sebuah pujian dan penghargaan semu atas dirinya. Sedangkan Nurlela termasuk type cewek low
profile, renyah, familiar dan licin
kedua tanganya untuk memberi kepedulian sesamanya. Sehingga perihal performan
maupun karakter dari Roksi, Nurlela yang paling tahu dan paling mengerti.
Maka Nurlelapun tidak habis
pikir, “ Mengapa sebagian besar sokib-sokibku banyak yang tidak suka pada sikap
Roksi. Padahal bila mereka mau berkorban untuk menebalkan telinga dan
mengganggap sikap Roksi sebagai hal biasa, maka sebenarnya sikap Roksi adalah
biasa biasa saja”.
***
“Ros, aku menjadi tidak enak
sendiri ?” demikian curhat Nurlela di sore hari saat Roksi main ke rumah
Nurlela.
“Mengapa ?, tentang aku ?”
“Ah..nggak Ros. Aku menjadi
terbebani dengan panggilan María Eva Duarte de Perón
padaku”
“Lho,
seharusnya kamu bangga Lela!. Eva Peron kan tokoh wanita dunia dan dia simbol kepedulian pada sesama, terutama
Rakyat Argentina yang miskin”
“Justru itu, Ros!. Banyak teman kita
yang seenaknya memerlakukan aku. Mereka seenaknya minta tolong sama aku untuk
hal-hal yang sepele . Mereka menyamakan aku dengan Eva Peron yang gampang
menolong siapapun. Aku kan Nurlela manusia biasa !”
“Yah ..jangan kamu perdulikan mereka.
Figur Eva Peron sebenarnya bukan seperti itu ?”
“Lantas seperti apa ?”
“Lela !, kamu sebaiknya membaca
sejarah Eva Peron !”
“Aku belum pernah !” jawab Nurlela
seraya menangkat kedua bahunya.
“Ya baca dong !” Sebuah derai tawa
menghiasi wajah Roksi.
“Kamu pernah ?” Nurlela membalasnya
dengan ajah inocen dan sebuah senyuman tipis.
“Lho kok tanya aku !, yang difigurkan
Eva Peron kan kamu !. Mengapa tanya aku! “
“Kamu tadi ngomong tentang peran
sebenarnya Eva Peron, tentunya kamu pernah membaca. Piss aku minta informasi
biodatanya “
“ Cuma sedikit yang aku tahu. María Eva Duarte de
Perón lahir
di Los Toldos sebuah desa terpencil di Argentina Tahun 1919.
Eva Peron merupakan istri ke dua dari President
Argetina Juan Peró n
(1895–1974). Pada tahun 1934,
tepatnya pada usia 15 tahun Eva
hijrah ke Buenos Aires da berkarir di panggung hiburan dan menjadi aktris radio
dan film. Pada Tahun 1944 Eva berkenalan
dengan Kolonel Juan Peron. Satu tahun
kemudian merekapun menikah dan pada Tahun 1946 Juan Peron terpilih sebagai
Presiden Argentina. Itulah yang aku tahu “
“Trim
Ros, tapi mengapa menurut informasi dari teman teman, dia sempat menjadi ibu
negara yang dicintai rakyat Argentina. Betul Ros ?”
“Betul,
karena seluruh hidupnya dicurahkan untuk Argentina. Selama 6
tahun mendampingi Juan Peron, Eva Peron menjadi ibu negara yang sangat
berkuasa. Bahkan telah diberi amanah oleh Rakyat Argentina menjadi Menteri
Tenaga Kerja dan Kesehatan. Oleh karena itu dimanapun dia berada selalu
menyerukan isu hak hak buruh.. Selain itu Eva Peronpun mendirikan yayasan yang
bergerak di perlindungan terhadap perempuan. Tak lama kemudian dia mendirikan
Partai Perempuan Peron (Female Peronist Party ). Kiprah
tersebut membuatnya dia terpilih menjadi wakil presiden Argentina pada Tahun
1951, untuk mendampingi suaminya sebagai Presiden Argentina”
“Sungguh
bahagia ya Ros !.Bila kita bisa sukses seperti Eva Peron ?”
“Tapi
itu relatif, Lela !”
“Apa
maksudmu ?” tanya Nurlela.
“Menurut
sejarah kemashuran Eva Peron rupanya tak
berlangsung lama setelah diagnose dokter menemukan sebuah kanker ganas
menyerang serviknya. Sehingga pada Tanggal 26 Juli 1952 Eva Peron meninggalkan
Rakyat Argentina untuk pulang selama-lamanya. Menyisakan keharuan yang besar
sekali bagi rakyatnya karena sentuhan kemanusiaannya yang begitu membekas
selama memimpin mereka”
“Manusia
memang sudah memiliki takdir sendiri- sendiri, yang jelas tidak kan ada lagi
Eva Peron yang kedua di muka bumi ini”
“Ada,
Lela !”
“Dari
negara mana ?”
“Bukan
dari mana mana dan tidak jauh “
“Hari
sudah sore, ucapanmu semakin ngaco !”
“Kaulah
Eva Peron, Lela !”
“Tambah
ngaco lagi !“ Merah rona wajah Nurlela kini kelihatan jelas terlihat.
“Kamulah
Eva Peron untuk aku,Lela !”
Nurlela
terdiam dan menundukan wajah. Senja telah menjamah beranda rumah Nurlela. Entah
esok pagi apa yang akan mereka perbuat bersama***