Senin, 16 Agustus 2021

NEGERI DI TITIAN PELANGI




Negeri ini telah menghambar wewangI

dari tetesan embun sorga yang menghampar

diantara teluk dan lekuk garis pantai,

mirip eksotisnya bidadari yang bermandi

di tepian pantai, yang terus menyeka buih buih laut

merka semua berdendang, mirip anak kecil di desa

yang bersenandung lagu jawa i bawah sang purnama

 

                                waktupun melesat dari detik menuju detik

                                meski dahulunya negeri ini tak nengenal kepongahan

                                namun detak jantung terus menikam kepalsuan

                                karena  pemimpin pemimpinya  bermata juling

                                dengan peut genduk ditutupi dasi warna warni

                                bahunya yang kekar membelit semua miliknya

 

negeri ini melangkah surut dengan terhuyung


tempat mandi bidadari menjadi hitam anyir

daun nyiur mengering dan lepas dari dahanya

tak lagi meneghembus angin pantai yang halus semilir

camar tersentak mencari naungan, karena ombak tak

lagi membawa ikan segar hidangan paginya

 

                                si abang becak terus menyeka keringatnya

                                rodanya terus menggilas aspal berlubang

                                telinganya memar karena tagihan SPP anaknya

                                yang masih menghantui

kemanakah merdeka ini

ke arah mana bedil bedil kita arahkan

hingga kita tak tahu warna baju yang dikenakan penjajah

derai air mata pahlawan  di jauh sana tak henti

 

                                                yang mereka saksiskan hanya roti busuk

                                                yang diperebutkan oleh tangan tangan kokoh

                                                dengan gigi besi dan taring tajam siap menyobek si kecil

                                                entah sampai kapan panggung parodi

dari tiap adegan yang kotor membosankan dan memuakan

 

biarlah satu saat

wewangi bunga dari sworgaloka kembali bertabur

menghembuskan angin gunung segar lembut dan bersahabat

semua pagi dijemput senyuman abang becak, tukang bakso dan kuli

kita bergandeng tangan menuju pantai

sambil tengadah mengucao syukur

 

Semarang, 16 Agustus 2021