Hujan
hujan kau datang lagi...
menjenguk hari..meski hanya selintas
bagaikan genderang perang...ku mengusung harap
aku terperangkap, tak juga kau bawa kabar
tentang dia..
apakah kau pingit dalam telagamu ?
yang kau tebari awan hitam, pekat menakutkan
hujan....
kau pergi...aku buru dengan sejuta sayap
bersama kawanan merpati menebas awan
entah di sisi langit mana kau memingitnya
aku dalam biru rindu...
hujan bawakan dia di taman bungaku
jangan kau sertakan badai dan prahara
aku bagai pemilik Indraloka...menantikan bidadari
yang kau hempaskan dalam nyanyi benci
hujan sampaikan rinduku....
mendung
kembali serambi langit bertirai hitam
pekat
gulungan awan pekat...menikam buku harianku
tak sedikitaku berniat menutupnya..
karena sehalaman penuh tertoreh kau di sana
di batas langit,.....
di tengah gulungan awan hitam..
di ngarai berlantai melati dan kenanga....
di boulevard bersama sang arjuna....
aku tertawan dalam tembang parau
berujung gerigi tajam yang kau sedu dengan senyumanmu
berilah kabar meski hanya dengan kepak merpati
bersama hujan...untuk sebuah salam canda
aku dalam benang rindu
hujanmu.menyelinapkan aku dalam gubug kecilku
sepi..tanpamu....
harap...
mendung...
di sisimu aku menunggu..
mungkin sepercik air..
akan melentingkan aku..
bersapa catatan langit
tentang haru biru...
tentang meradangnya antung hati...
aku dan si dia ..
dalam pekat, berselingkuh tepi langit
menunggu benang hidup
secerah tujuh warna pelangi
di tengah mendung...
aku dan dia
menyemai harap
(Semarang,17 Desember 2012)