Minggu, 16 Desember 2012
Mendung dan Hujan
hujan kau datang lagi...
apakah kau pingit dalam telagamu ?
kembali serambi langit bertirai hitam pekat
di tengah gulungan awan hitam..
mendung...
Selasa, 27 November 2012
Saat Bulan Kukekang
Bulan Mengerang
malam
benderang..
bulan kutantang..agar tak mengekang..
setiap angan akan merentang...
tak peduli pilu mengerang...
aku akan menjadi pejaka garang..
meski
denyut jantung melekang..
terhimpi jaman yang sekeras batu karang..
aku dan kau dalam sayang...
Cinta yang Lepas
lepasnya cinta...
ada nadi membara...?
lepasnya cinta..
dada meluka...?
lepasnya cinta
meyayat luka...?
lepasnya cinta...
terbawa angin kembara..?
lepasnya cinta..
tak terbilang merana..?
lepasnya cinta
tak akan kubawa kemana....
Saat Kau Putuskan Aku
tak kuduga...
sang rimbun perdu tak membisiku..
tentang si dia...menggapai jelita malam ini
aku menepi, dari sorot mata garangmu
kupunguti saja..satu satu anganku..
biarlah kelelawar malam menerkamku..
lantas kau tak "ulurkan tangan"
sepi ini miliku sendiri....
namun aku menggurat ceria..
setiap sudut malam..
kini miliku sendiri
hingga mataku terpejam terbawa mimpi..
JAKARTA dua tuju NOV 12
Minggu, 25 November 2012
Puisi untuk Sahabatku
kau pusari wewang bunga..
pada aku yang terpana memandang batas pandangmu
meski kau terdiam bisu
kau rajut untaian kasih, di padang gersang..
atau rerimbunan daunan di penghujan
tak peduli ke arah mana pergantian musim
saat kau menoreh selaksa wejangan...
aku merebahkan kedua sayapku
aku menelantarkan liar hatiku
kini kau tersenyum di hunian istana dewa dewi
bermandi air bunga..mengurai semua amalmu
kau bersemayam dengan lepas dahaga
di telaga air being...
sesejuk tawar senyumu..
biarkan aku dalam benang putih tersambung
dengan karangan bunga cinta kasih
disisiNYA yang Maha Lembut..
kini kau tak disisku..
tapi kau tetap di hatiku
.....
Untuk K.Abdullah Syamsuri...SELAMAT JALAN...
Semarang, 25 Nov 12
Jumat, 23 November 2012
Gerimis Senja
Kotaku menjadi kelam...
galau...
jelaga langit memusari atap rumbai ilalang
milik wajah wajah bersendu nestapa
semua terpagut bisu...
galau...
jelaga langit memusari atap rumbai ilalang
milik wajah wajah bersendu nestapa
semua terpagut bisu...
bulan terselip di ketiak langit
mentari berkawan bidadari di peraduan...
jalan jalan basah masih melentingkan butir hujan,,
aspal aspal pongah tersenyum merentangkan lobang..
deru asap memekakan telinga,,,
meski dingin menyergap kota ini ,
sanggupkah kau ganti malam ini
dengan adonan bintang gemintang ?
kasihku, hanya melontarkan gambaran hasrat
dengan senyuman seharum daun pandan
suatu isarat dia sanggup menggantikan bulan
menyedu teh hangat..dengan singkong rebus
sepotong gula merah menambah gairah malam
bilik bambu di tengah ladang...
kini tak hambar lagi...berornamen dewa dewi asmara
kau dan aku satu...
meski gerimis terus menyibak
23 nov 12
mentari berkawan bidadari di peraduan...
jalan jalan basah masih melentingkan butir hujan,,
aspal aspal pongah tersenyum merentangkan lobang..
deru asap memekakan telinga,,,
meski dingin menyergap kota ini ,
sanggupkah kau ganti malam ini
dengan adonan bintang gemintang ?
kasihku, hanya melontarkan gambaran hasrat
dengan senyuman seharum daun pandan
suatu isarat dia sanggup menggantikan bulan
menyedu teh hangat..dengan singkong rebus
sepotong gula merah menambah gairah malam
bilik bambu di tengah ladang...
kini tak hambar lagi...berornamen dewa dewi asmara
kau dan aku satu...
meski gerimis terus menyibak
23 nov 12
Sabtu, 10 November 2012
Puisi di Bulan Februari
Gerimis
Pagi
kala
kita menukikan kata hati
di
bibir pagi yang berisi rona cerita
beruntai
pekat malam. Hitam tak berjendela
hanya
seberkas mimpi rindu
kusambut
gerimis pagi
dengan
langkah gontai
merapatkan
perahu hasratku
merengkuh
warna warni dan biru yan ku taktahu
aku
di balik kanvas hatimu
kusambut
gerimis pagi
untuk
satu kata hati
biar
kugandeng lagi catatan darimu
agar
lebih semarak lagi gerimis menghimpit
agar pula tiada petir hingar bingar
menodai
ayu dan sahaja wajahmu
aku
titipkan gerimis ini
biar
engkau geluti tak berujung
biar
tepianya berkata seru
akhirnya
menembus pandang hatiku yang telanjang***
Semarang,
Medio Februari dua ribu sembilan
Biola
Tua
lantas
apa yang harus
aku
tawarkan pada angin malam
bila
suara parau, menerbangkan burung malam
yang
tidak lagi menebarkan
lagu
rindu
lalu
mau di mana lagi
akan
kuletakan hati yang retak tiada berirama
biarlah
bangun desah nafasku
meronta
mencari jalan, hingga mampu menerpa
batu
berdiam tanpa alasan
kugandengkan
bait demi bait
biar
kentara selaras dengan biolaku
yang
lusuh tak berdandan
yang
tak lagi mampu membaca
sudut
hatimu,
lalu
mau berkata apa lagi
biar
seribu bahasa engkau simpan dalam keputusasaan
bila
tak lagi nyaring maumu
kusimpan
saja dalam biola tua
dan
kukatakan saja selamat malam
Semarang,
Medio Febvruari dua ribu sembilan
Langganan:
Postingan (Atom)