Sabtu, 07 Agustus 2021

Lelaki Tua





dalam  perjalanan detik,
lelaki tua itu terus menghimpun tenaganya
di ruas semua tulang kakinya,
agar mampu kuat mencengkeram jalan bertoreh
bengis dan membisu
ke dua bahunya telah merapat pada butir jaman
lolongan anjing malam, dengan mata terpincing
selalu menjulurkan lidahnya, busuk berona “hedonisme”
siap menerkam kegetiran yang menyulam tubuh
yang penat, melegam dan mengencang terbentur jaman
yang menyerpih dalam kemunafikan

lelaki tua itu hendak kemana ?
bila telah terkoyak semua rindu malam
semua parade bintang gemintang tertusuk panasnya durjana
penghuni tepi jaman, sementara pisau belati “kamuflase”  jaman
telah jauh menusuk jantungnya.

Atau masih ada rindu tentang rajutan sutra kehidupan
yang tergambar dalam sketsa langit mencibirkan fatamorgana hidup
bagai dewa dewa di balik kabut cakrawala
namun jalan jalan kota yang kumuh dan pengap
terus saja menelanya hidup hidup,
terus saja dia menggapai naungan untuk melintasnya separo nafas
karena telah hampir putus urat lehernya diterkan kerumunan manusia
bejad, laknat dan mirip anjing kudis

hingga kelambu malam
menutupnya rapat rapat
agar dia mampu bersemai sejuta warna

kemana lelaki tua itu
sepi.....
Semarang, 16 Januari 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar