kau sajikan dalam detik
yang kau tusuk
dengan tajamnya warna
hari,
sebuah episoda datang
dan pergi, kau senyum
dalam parau dan rona
pipi memerah
menyengatku,
merenggangkan tulang igaku
aku hanya bersandar pada
perjalanan hari,
tersepih dalam liuk dan
tajamnya perjalanan
menembus kabut, awan
dan langit berjelaga
entahlah, terbanglah
kau bersama angin musim
menuju boulevard
indahmu, beranyam anggrek bidadari...
dan hunian para dewa..
kau, aku dan catatan
langit
mengisi atap rumbai,
alas tanah dan pagar bambu halaman kita
tak sesejuk angin yang
kau suka
kencanilah angin padang
dalam buaian negeri bunga
(Semarang, 15 Februari
13).