Minggu, 30 September 2012

Puisi Rindu di FB-Ku




Kemarau...
Kemarau panjang...
tenggorokan terasa kering...
dahaga tiada henti...
matahari tegak lurus di kepala kita....
angin kemarau..
turut memberi hidangan...
dengan nyanyianya
yang menggigit sendi tulang...

debu menyongsong kita..
memberi pesan..agar kita tengok hati ini...
adakah debu hitam..
yang menyumbat jiwa kita
untuk menautkan benang putih...
padaNYA di langit tujuh....

dariNYA awan akan membasahi
Anggrek Bulan kita...yang kita simpan
rapat rapat dalam dinding hidup...
kemarauku janganlah kau seganas
Raksasa binal. pemansgsa kita semua

Di Bawah Panas Menyengat KOTA SEMARANG, 29 Sept 2012...

Pacar
Sering sang pacar, sendu merayu...
renyah senyumnya...
tak jarang sekeras batu karang..
sekali sekali selembut sutera...
sedingin es...
sepahit empedu..
sebinal kuda sembrani
setajam belati...
seringan biji ilalang..
secantik Kate Midleton

Pernahkah secantik Mak Lampir..?
tanyalah pada rumputnya mas Ebiet....





Indonesiaku..

bukan dalam belulang para pahlawan
tiada kau pernah tersepih dalam gugusan pulau...
kau berdandan Archipelago...
dari Toba...hingga Jaya Wijaya...
aku rindu Nyanyian Pulau Kelapamu...
untk penghantar tidur siangku...
terbukti VOC dan Dai Nippon ..
berpaling dalam langkah seribu...
kau sekarang...berpagar kepalan tangan
dan perhelatan besar koruptor
yang lenggang tak punya malu..

beriaslah, menjadi perjaka tampan..
bersanding dengan dara ayu...

kau tetap Indonesiaku....


rindu dalm huruf U

Ku rindu...
agar tertepis sembilu...
telah sampai beribu..
kabar dari angin, berlidah kelu
tak seberkaspun menyatu...
hari hari berkelebat berlalu...
aku dalam satu...
untuk bayangmu agar padu...
sendi dan tulangku kaku..
tapi kau malah berlalu..
.....

Abadi.....

kusejukan hati ini...
dengan air kembang...yang kau rangkai
dalam salam candamu....
karena hari hari kita terlipat...
jangan kau petik lembaran dusta..
hanya akan membarakan petir dan api...
di dalamnya kau tertunduk lesu..

biarkan gaun birumu..
menjemput hari, saat pagar halaman
diirimbuni Anyelir...dan Bougenvil
berwarna anggun...
tanda kau tepis saja , kesah dan resah
kita dalam nyanyian dewa dewa
penghuni bilik kita...



kemarau...kemarau...kemarau...
Kemarau panjang...
tenggorokan terasa kering...
dahaga tiada henti...
matahari tegak lurus di kepala kita....

angin kemarau..
turut memberi hidangan...
dengan nyanyianya
yang menggigit sendi tulang...
debu menyongsong kita..
memberi pesan..agar kita tengok hati ini...
adakah debu hitam..
yang menyumbat jiwa kita
untuk menautkan benang putih...
padaNYA di langit tujuh....

dariNYA awan akan membasahi
Anggrek Bulan kita...yang kita simpan
rapat rapat dalam dinding hidup...
kemarauku janganlah kau seganas
Raksasa binal. pemansgsa kita semua

Di Bawah Panas Menyengat KOTA SEMARANG, 29 Sept 2012..

Rakus....

heran...
mengapa manusia berlomba menelan...
pncak Himalaya dan Singasana Indraloka...
bermandi basuhan bidadari...
ataukah karena Dajjal bermata juling..
dan bermuka durjana menghembus
setiap simpul saraf manusia rakus..

heran..
mengapa titian Ilahi menjadi lengang..
sepi dari tangen bergandeng, bahu merapat...
dan belaian rambut untuk si miskin
atau karena mereka yang pongah...
bertabur lampu dan sorot jalanan
penuh anyir dan atmosfer busuk
telah menelan mentah mentah kita semua...

heran....seribu pertanyaan
memenuhi dinding jantung....

Semarang, 1 Oktober 2012

Kamis, 27 September 2012

"Senyum" Puisiku di FB-ku



Senyum...
mengapa jalan ini masih panjang...?
namun aku dan kau...
tetap dalam senyum "Sang Awang Awang Kumitir..."
kau tanam daun pandan..
aku rapikan pagar dari tumbuhan melati..
hingga seberkas galau, kau tepis
dengan lantang desir angin pagi..
tak ada galau dan pilu..
ragupun, mengerling mata...
berlalu tanpa senyum bidadari

Kau dandani bilik bambu...
tempat kita menguntai tembang hidup..
dengan kain ornamen Dewi A'mour...
agar pusaran bumi, membawa kita
pada cakrawala terselip di Kodrat Illahi...

kau yang memiliki pagi ini,
akupun menyeruak dalam angin gunung yang sejuk
asa dan harap...selalu milik pagi ini

28 September 2012

Moncer Atiku..Moncer Kotaku

Moncer, atiku...
kaya cemlorote lampu Alun Alun,
sing dadi "cumbu rayuku" esih tresna
karo pangeling-eling Kota sing kaya prawan Landa...
aku wis pirang ewu atiku...
pada teembangan nang pinngire
Kali Ketiwon...
ngentene srengenge gawe padang
aku karo sampeyan..duh pramestri
pada gageyan golek penguripan
atiku atimu...nang kene...PUISI TEGALAN...28 SEPT 2012

Pagi
pagi aku datang lagi...
daun beluntas di pekarangan....
mulai berjemur sinar matahari...
aku, dalam rona dada berisi cinta...
menjenguk semua alam,
gemerisik daun ilalang, rumpun bambu,
lengang pematang sawah masih iri
dengan diriku...

selamat pagi,
biarkan alam bersua parau, garang dan menikam
asal kita masih kokoh bahu dan kaki kita,
tak ada ragu tertutup kabut pilu...

kita songsong segala hasrat
seperti Raden Arjuna mencari bilah hidup
cinta dengan Dewi Dersonolo...
aku dalam ceria...TEGAL, 28 Septa 2012...SEMAR...


Rabu, 29 Agustus 2012

Senyum



tak lagi kulihat..
senyum sekuntum mawar
dalam nyanyi rindu kutunggu...
untuk mengejar cakrawala..berhias
rendra kain sutra
bertepi senyum setangkai bunga
kau sodorkan melati putih bersih...
kau masih tertunduk lesu

jangan lagi kau warnai tabir
diantara aku dan kau, dengan gurat kelabu...
bukankah kidung Asmarandhana
kau  susun warna warni
kala kita di sawah ladang memburu
angin musim, dari sari terbawa angin desa
kita bertemu, menguntai perjalanan
yang kau sajikan dengan gula senyumu....

Tegal, 29 Agustus 2012

Rabu, 13 Juni 2012

kaulah pengantinku





diantara batas batas pantai yang lepas bebas
kau menawarkan madu dalam kelopak mawar jingga
aku mengikat bunga melati, agar kita mampu memiliki prosa
semanis putri  manja bergula asmara
kau menyibak tabir,  akupun tak jera mendengar
celoteh derit batang bambu
di sisi pulau cinta aku berdiri menyisir hari
sedang di batas lain, kau menata bantal dan sajian
gula gula malam dalam tembang bintang gemintang
hingga bulan bersenyum malu,

kau hangat menghias malam
aku petik satu bintang, lantas kau lepas bernyanyi
menepis kabut malam membalut duka lara
kau pengantinku……
akupun sang pangeran dari sisi pulau
lantas malampun mengubah warna biru merindu

jangan kau takut dengan terkaman matahari
atau licinya jalan panjang…
semua telah tergambar di langit

(Semarang, 14 Juni 2012)


Minggu, 27 Mei 2012

Kutunggu Seikat Senyumu


Biarkan tebing terjal menghimpitku…..lautan memisahkanku ..atau kawanan elang mencabik isi jantungku, aku harus tetap menjadi Ody yang braveman, aku tidak mau menjadi pengecut “ teriakan hati Ody, meski hanya dia yang mendengarkan, tapi  terus saja bilik jantungnya yang lebay bergayut di dirinya. Entah sampai kapan dia terus menyeruakan maksud hatinya,  untuk meluluhkan hati Rin, dia sendiri tidak tahu. Dia hanya mampu mengingatnya saat dia mulai sekelas dengan Rin Mahardika “The Silent Girl” dua tahun silam.

Kini usai sudah Ody belajar di bangku sekolah menengah, setelah papanya membuka amplop hasil pengumuman dari wali kelasnya, dan terbaca jelas  kata LULUS di pengumman itu. Papa Ody hanya tersenyum puas, Nampak dengan jelas tidak ada kegembiraan yang berlebihan di raut wajahnya. Demikian pula Ody, yang terbesit dalam relung hatinya, akan sebuah perjalanan panjang yang baru saja dia mulai.Maka Ody tidak mudah berbuat seperti anak ingusan, konyol mencoret coret baju seragamya.

Haya kedua sorot mata Ody, yang menyapu setiap penjuru sekolah untuk menelisik wajah manis yag terkadang hanya dihiasi senyum tipis, atau kala dia mengibas rambutnya yang terurai sebatas bahunya. Kadang pula kedua mata bolanya yang bereksotis di balik kaca matanya, membuat Ody terus saja tidak mau membuang sorot matanya pada The Silent Girl yang sedari pagi terus saja bergayut di lengan mamanya,
***
“Sudah ya Ody !, papa harus ke kantor, nanti sore biar mamamu membuatkan makanan untuk pesta kecil kecilan di rumah. Jangan lupa !, cepat pulang dan nggak usah ikut ikutan turun ke jalan !” pinta papa Ody. Anak ke empat dari Andre Hudoyo itupun hanya menganggukan kepala. Ody bergegas mmburu waktu untuk kumpul bareng dengan sokib sokibnya, yang sebagian besar lulus UN tahun ini. Peluk manja dan derai tawa terdengar di sana sini.

Sorot matanya kini beradu dengan salah satu sudut sekolahnya, yang riuh lantaran banyak sokib sokibnya yang melepas tawa lepas dan bebas, dan ditengah kerumunan itu “The Silent Girl hanya melempar senyum tipisnya pada cowok cowok yang mengurungnya. Ody seketika itupun dengan sigap mencoba laru dengan semua sokib sokibnya, sementara dia terus meloading detak jantungnya, “Mengapa the  silent girl hanya memberikan senyum tipisnya, padahal dia telah lulus. Kapan aku mampu membuat dia bisa terawa lepas. Karena tawa lepas  Rin belum pernah aku jupai sejak aku kenal dia di  kelas XI “.

“Mengapa, kau penasaran dengan senyum lepas cewek itu ?. Itu kan nggak prinsip….” protes sisi jantung Ody. Sisi jantung Ody yang lainpun berusaha membela Ody, “Ah, kamu nggak tau sih, aku ingin sesekali meliha dia tersenyum lepas saat di depanku. Apalagi anak manja itu benar benar nggak pernah nyambung kalau aku ajak bicara !”

“Itu memang bawaan dia sejak kecil, bro !. Maka dia jarang bisa senyum lepas dengan semua orang, apalagi dengan kamu, Ody !”.

Kedua sisi jantung Ody sat inipun terus megedepankan egonya masing masing, maka kini Ody hanya mampu mendengarkan celoteh celoteh yang saling bertentangan ,  maka diapun kini hanya mampu berdiri terpaku di kerumunan sokib sokibnya, yang mirip kumbang sedang memasang belalainya untuk segea menjaring perhatian dari  Si Cantik  The Silent Girl yang ada di pusat kerumunan itu.

Silent Girl, begitu acuhnya melihat kedatangan cowok ganteng itu,sama sekali dia tidak terusik dengan memberi tegur sapa, atau “saying hallo”, pada Ody yang juga berhasrat memasang jeratnya. Sama sekali tidak loading yang berate bagi silent girl itu terhadap Ody.

“Bro, ayo dong jangan seperti kakek pikun, kemana rencana kamu setelah pengumuman ini ?” pekik Albert dengan menarik bahu Ody, agar lebih dekat lagi Ody mampu berbagi rencana remaja remaja gaul yang sedang menebar jeratnya pada The Silent Girl, yang kini mulai memberikan senyum yang lebih cerah ketimbang pagi tadi.
“Mengapa dia mulai mau mengusung senyuman cerahnya, ah silent girl itu mulai merespon Albert, ah apa sih Albert itu ?, cobalah aku lebih binal lagi memasang jeratku, aku harus punya rencana yang lebih eksotis lagi, agar Rin betul betul tertarik dengan rencanaku. OK Rin, kau harus berubah menjadi cewek yang lepas tertawa hanya pada aku !!!”. Ody tambah menjadi binal menuruti kata hatinya itu.

“OK , friend !, aku sudah lama pengin nongkrong dan berkemah di hutan yang masih perawan dan nyaman. Kita naik ke Gunung Slamet, tetapi di punggungnya kita berkemah. Setelah itu kita enjoy di Baturaden, Jogja dan coming home ! OK ?”

“Nora Kamu Od !, itukan enjoynya anak udik !. Cari dong petualangan lainnya yang lebih syuuuuur !” seru Bram.

“Bro, tiap hari kita hanya melihat hutan beton, asap mikrolet, aspal yang berlobang. Sekali sekali kita menyatu dengan hutan asli di penggung Gunung Slamet, eh Bro di hutan itu nanti akan kita temui banyak mata air, jadi jangan takut. Kebetulan aku punya tenda parasit untuk 8 pendaki cukup, kita akan mendengarkan kicauan  burung burung yang lepas bebas !” Ody begitu meyakinkan, karena pengalaman di sebagai Organisator Out Bond di grup pencinta alam sekitarnya.

“Ody !, kalau cewek bisa ngikut nggak ?”

“ Kenapa takut, hutan Gunung Slamet sudah nggak ada lagi hewan ganas, asal Rin mau mandi di sendang !, kenapa tidak !. Lagian  kita bisa turun ke Baturaden bila kita butuh suplay bekal. Ngikut aja Rin !” pinta Ody.

Rin Mahardika “The Silent Girl” mulai menengadahkan wajahnya yang lembut dengan mata lugu pada cowok ganteng yang renyah itu, diapun mulai mengusung senyum lebar pada Ody.Loading hati Rin mulai menampakan sedikit sentuhan pada ajakan Ody. Lepas bebasnya senyum sang ratu di tengah kicauan burung hutan Gunung Slamet tentunya akan memiliki nuansa tersendiri. Apalagi sejuknya angin dingin Gunung Slamet di pagi hari akan ikut merias wajah Rin.

“Udah Rin !, pastikan kamu ikut ke Gunung Slamet. Kita coba nanti ajak Stefani, Wulan dan Bunga. Atau kita ajak sokib-sokib satu kelas yang butuh enjoying. Gimana Ody !” desak Albert.

Ody bertambah berselera untuk segera mewujudkan petualangan di Gunung Slamet. Saat menyaksikan Rin menganggukan kepala untuk berkencang dengan Punggung Gunung Slamet. Sekali lagi senyuman halus diusung Rin kepada teman temanya dan sekali lagi hati Odypun berdesir kuat. Meski dia belum tahu pastinya, apakah senyum Rin hanya untuk dia atau kepada cowok ganteng lainya yang bareng ngumpul saat itu.

“Oh Surely,  kita nanti bisa menyewa tenda di bumi perkemahan Baturaden. OK friend sebaiknya kita rapatkan saja rencana kita besok di sekolah. Sekalian kita minta ijin sekolah”

Kampus sekolah itu kembali sepi. Sejuta rasa penasaran masih tumbuh di hari Ody***