Jumat, 17 Mei 2013

Korupsi


Hari ini....
aku bekali rongga dadaku dengan sebuah kejujuran
walau sindiran tajam dari asap pengap aspal jalanan
yang hitam berlobang...terus membidiku dan melentingkanku ke semayam
Bhatari Durga bertaring tajam peluh pucuk ilalang

Keluh dan penat bagai ritme tembang dolanan jawa anak ingusan
yang menutupi tiap lekuk tubuhku...
namun aku tetap menjulang tinggi menawan awan putih bersih
menyibirkan tiap puncak bukit dan tebing yang pongah giginya
mengapa mereka diam bagai tertusuk sembilu ?...diam membisu

sementara hunian taman kembang setaman
menampikan kerah dan baju mereka yang lusuh ditikam Korupsi
mereka semua tidak berani lagi berkaca pada bening air telaga
di bebatuan khatulistiwa negeri para bidadari
bernaung di garis Jaya Wijaya dan Bukit Barisan

kita semua terperangah dalam hitamnya kabut dengus raksasa
bermata juling dan berbaju  sulaman moralitas,
terkikis tergolek lesu oleh terpaan angin Kumbang penyejuk jiwa
aku dalam rona kembara....
aku dalam gambaran kanvas warna warni otaku sendiri
entah siapa yang akan mencibirkanku
aku tetap menampik jelaga dilangit

SEMARANG 18 Mei 2013

Kamis, 14 Februari 2013

Kau yang pergi








saat kau menghilang,
kau sajikan dalam detik yang kau tusuk
dengan tajamnya warna hari,
sebuah episoda datang dan pergi, kau senyum
dalam parau dan rona pipi memerah
menyengatku, merenggangkan tulang igaku

aku hanya bersandar pada perjalanan hari,
tersepih dalam liuk dan tajamnya perjalanan
menembus kabut, awan dan langit berjelaga
entahlah, terbanglah kau bersama angin musim
menuju boulevard indahmu, beranyam anggrek bidadari...
dan hunian para dewa..

kau, aku dan catatan langit
mengisi atap rumbai, alas tanah dan pagar bambu halaman kita
tak sesejuk angin yang kau suka
kencanilah angin padang dalam buaian negeri bunga
(Semarang, 15 Februari 13).