Senin, 02 Agustus 2021

UNTUK PAHLAWANKU

UNTUK GREYSIA POLII DAN APRIYANI RAHAYU 
 Aku melompat kaget Sempat terhenyak, 

bagai duburu raksasa lapar
 
 Saat kau lambungkan merah putih Di atmosfer Tokyo, 

 Fujuyama terbius bungkam
 
 Sakura di pelataran rumah melpat kelopaknya
Maafkan aku, 

 Sedari awal tak hirau kalian berdua 

 Namun kubuang sudut hati itu 

Kini dadamu berdua

 tersemat Garuda Gagah Perkasa 

Berjuta uluran tangan 

Rakyat Indonesia Menunggu usapan tanganmu 

Bersama menjalin ikatan kasih Di Bumi Nusantara 

Semarang 2 Agustus 2021

Jumat, 22 Januari 2016

Teriakanku







Aku mencari di setiap sendiku
Tentang apa yang terus  terngiang di telinga dan tiap ujung malam
Satu demi satu tabir kulepas hingga meradang tulang igaku
Tapi tak satupun bisa memberiku  sebuah rindu, aku berteriak
 Hingga Semeru dan Merapi menggeliat bagai perempuan binal

Aku terus bercermin pada huma dan nyanyian pipit, seloroh daun Akasia
Untuk  menembuskan pandang menemukanMU jauh di Istana Awan Putih
Akupun menyulam prosa kata kata Munajat dalam doa
Agar tak tampak lagi gugusan awan hitam menggigitku
Dengan taring tajam dan sayatan penuh pedih dan pilu
Lantas apa lagi yang  harus aku tanam , bila taman bungapun terus mongering
Lantaran jalan panjang menukikan nyanyi jiwa sang nenek sihir
Pongah dan kebaya berenda kering butiran debu
Aku terhenyak dari seribu mimpi tentang fatamorgana kilau                                                                                                     
 tepi pantai denga  pagar anyelir tertunduk lesu
Sehingga aku dating dengan benang sutra menjenguk langiMU                                                                                                                                 
kentara aku tanam nyhanyian Puja Kemahahebatmu, aku tertukam                       
hatiku sendiri.

Tuhan betapa sejuk air dingin yang kau curahkan             
Terseibak sudah Rasa sepi dalam aliran darah.(Semarang, 22 Januari 16).


Semarang 22 Januari 16