“Maksud
kamu bunga sekolah yang mana Sam?, yang cuakep kaya Kate Midlleton tapi nggak
pernah senyum kaya Mak Lampir itu ?” Richard tanpa selembar tiraipun
menutupi ucapanya, sehingga sebuah tawa
dari merekapun berderai di pagi itu. Pohon Akasia yang berjejer memayungi
halaman sekolah serasa hampir roboh dihempas derai tawa cowok-cowok kelas IPS,
yang lagi betah nyanggong menunggu bel
masuk
“Sayang
ya friend !, Kartika sih sebenarnya cuakep, namun galaknya minta ampun !” sela
Rush.
“Lagian
dia egois!, man ! “ Hendra mulai interest dengan seloroh mereka.
“Dari
mana kamu tahu Kartika egois, emangnya kamu pernah dekat sama dia Dra ?” desak
Steven.
“Sok
tahu kamu Dra !” bantah Sam yang tidak percaya dengan ucapan Hendra.
“Coba
dulu !, kita dengarkan Si Ganteng Pemburu
Cinta ini ngomong dulu, dia ngatain Kartika egois !, mesti dia punya alasan,
ayo dong Dra !, terusin omongan kamu “ desak Steven yang kini duduk di samping
Hendra,
“Ah,
bisa aja kamu Stev !, aku cuma ngomong asal-asalan friend !” Hendra merasa
tersudut kini, karena serangan temen temen yang membrondongnya.
“He,
man !, ayo dong yang konsisten, mengapa you ngomong Kartika egois ?. Menurut
aku sih dia angkuh, susah diajak kompromi dan susah dideketin. Betul nggak
Sam?, lihat saja Sam yang ngap-ngapan deketin Kartika. Sampai sekarang belum
berhasil, percuma kamu Sam punya sokib seperti kita kita ini ! “
“Jangankan
Sam, yang kaya anak kampungan. Aku
sendiri yang bisa dekat denganya belum bisa mendapatkan dia”. Hendra melemparkan
selorohnya yang membuat mereka semua terperangah.
Pandangan
mata mereka kini semua terarah ke Hendra. Untuk beberapa saat derai tawa mereka kini terhenti dan
semua membisu.
“Temen
temen!, Kartika sering minta tolong aku
untuk ngajarin matematika, aku sering ke rumahnya. Akupun mau- mau saja. Tapi giliran aku butuh
teman untuk enjoy dan refresh eh dia nggak mau “.
“Hahaha..sekarang
Si Ganteng Pemburu Cinta kena batunya,
tahu rasa kamu !” ejekan Steven menderaikan tawa mereka semua.
“Kamu
GR duluan sih Dra ?” jawab Richard.
“Kakek pikun !, bukan seperti itu cara ndekati
Kartika !” Sam masih saja belum bisa menepiskan derai tawanya.
“Makanya
lain kali jangan terburu-buru !”
“Eh,
udik !, perlu kiat khusus untuk mendapatkan kembang kampus yang flamboyant tapi angkuh itu,
belajar dulu sama kita kita ini !”. Ucapan Richard tadi semakin membawa halaman
sekolah itu bertambah semarak di pagi yang mulai dihampiri kuning sinar mentari.
“Eh,
sok pinter kamu Richard !, buktinya mana
! Kamu belum bisa mendapatkan Kartika, kan ?”
“Udahlah
!, jangan berantem. Kita kitakan masih anak ingusan. Masalah pacar yang
idamkan, nanti aja kalau kita sudah
mahasiswa.Kita kan belum apa –apa !!” .Pinta Rush pada kedua cowok gaul itu
yang sudah meradang nadi darahnya.
Teeet…teet…teet.
Bel sekolah mengisaratkan mereka untuk segera masuk ke kelas mereka masing
masing. Sementara anak anak IPS tadi segera berhamburan meninggalkan halaman
depan sekolah mereka. Pohon palem botol dan Akasia kali inipun bisa bernafas
lega, kemudian diam membujur diterpa sinar mentari.
***
Perlahan
lahan sinar mentari mulai tertutup mendung tebal, tak berapa lama gerimis
membasahi Bulan Desember ini. Mereka yang selesai mengikuti tes semester kini
memburu waktu agar tidak terjebak hujan. Kecuali Kartika yang sendirian sengaja
menunggu Hendra di pintu depan sekolah
Kedua
sorot mata mereka berdua bertatapan, sebuah senyum dari Hendrapun dilemparkan
ke arah Kartika, yang dibalas dengan senyum tipis dan sebuah permintaan Kartika
pada Hendra, untk mampir di kantin sekolah.
“Apa
maksudmu sih Dra ?”
“Tentang
apa ?”
“Ya
tentang aku “
“Maksudmu
?”
“Jangan
berlagak bego!,
aku tahu semua pembicaraan teman temanmu tadi pagi di halaman sekolah !“
“Dengar
dari siapa ?” Tanya Hendra.
“Nggak
dengar dari siapa-siapa !”
“Terus
bagaimana kamu tahu ?”
“Ya,
karena aku duduk di depan kantin sini
dan dengar semua ocehan sokibmu “
“Mereka semua Cuma pengin dekat denganmu,Tika ?” Hendra
mencoba mencairkan bara api yang ada di dalam jantung cewek yang telah
menautkan benang sutra di hatinya. Cewek yang menjadi kembang kampus di
sekolahnya ini, kini telah hadir dalam beranda hatinya. Meski Hendra telah mengenal dekat dengan
Kartika, namun dia masih bimbang bagaimana mengokokan batas antara sebuah persahabatan
dengan sesuatu yang sulit diwujudkan
baginya.
“Kalau pengin deket aku,ya deket aja !. Kenapa harus
pakai selorohan kasar, si Nenek Sihir !, Mak Lampir ! dan apa lagi !. Hendra !,
mereka semua bukan sekedar mau deket dengan aku!, tapi coba kamu pikir!.
Seperti Rush, Richard, Sam, Steven itu masih seperti anak kecil, sudah berapa
surat yang mereka kirim untuk aku, belum lagi rayuan ingusan lewat hp. Mereka
semua belum tahu arti persahabatan, mereka semua hanya mengerti cinta-cinta
ingusan !”
“Tapi mungkin lebih baik lagi, bila kamu selalu memberi senyum pada mereka bila
ketemu mereka. Tika !, kalau kamu tidak memberi mereka sebuah harapan, apa
harus saling membisu bila berpapaan mereka “pinta Hendra.
“Aku memang the ice girl, namun awalnya aku juga so
smilling dengan mereka,namun mereka menartikan lain”
“Hendra !, aku juga ingin supaya kamu jangan salah paham.
Aku hanya berhasrat merangkai sebuah persahabatan. Aku tidak gampang memberikan
harapan pada semua orang. Bila aku mengajakmu belajar bersama, apa ini sesuatu
yang lain untuk kita. Maafkan aku ya Dra !, kamu nggak tersinggung,kan ?”Hendra
menggelengkan kepalanya, sebuah sorot mata ang lebay terus saja menghiasi wajahnya. Kartikapun tahu bahwa
memang cowok ini telah menyimpan sesuatu yang begitu halus dan lembut. Selembut
embun pagi.
Namun Kartikapun tahu bahwa perhatian cowok genius ini
pada dirinya sungguh lembut. Hendra selalu mengerti perasaan dirinya, apa yang menjadi batas sebuah persahabatan antar
mereka telah Hendra jaga dengan kokoh,
sekokoh pribadinya yang tangguh. Namun hanya sebatas itulah yang mampu
Kartika berikan pada cowok ini. Entah sang waktu sajalah yang bakal menorehkan
prosa antara mereka.
“Dra !”
“Ya, Tika !”.
“Kamu nggak marah kan ?”
“Nggak !”
“Aku mau minta tolong lagi, mau Dra ?”
“Katakan saja !”
“Kita bahas soal soal matematika tadi di rumahku , maukan
?”
“Asal kamu selalu memberiku senyuman yang terindah,
maukan ?”
“OK, So Smille So Good !!!!” ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar