tiada pernah
membawa kebohongan hingga ke tepian
merentang
sayap dan kelopakmu
hingga kau
letakan, tangkai yang menyedu riak dan gelombang
agar menjadi
ikatan mawar sehalus sutra.
Melati, tak
kan lagi kau berseloroh dengan camar
Yang bergincu
‘nyanyian parau” dari tajamnya kerikil hidup
Benahilah wajah
pagi semurni sudut jantungmu
Tajamkan sang
waktu, hingga kau jinjng
bekal untuk
tidur pulasmu,
Ketika rembulan
malam mencibir dengan dandanan
eksotis hidup
meski hanya
sebuah rumah bambu
namun mampu
kau bersandar pada hijau huma
tempat
seblah hidup menawanmu dengan cemerlang
seputih
mahkotamu
(Semarang,
14 Desember 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar