Hingga sepotong
buku harian, bisa engkau genapi
Mumpung rembulan
masih mau menyisir rambutnya
Dalam salam
canda dengan sang mentari
Untuk apa
kita bersuara lantang,
Jika hanya
belalang yang hanya bisa menelanya
Dengan lidah
yang sependek tenggorokanya.
Nyanyian merdu
setiap bulir kembang Anggrek Bulan
Terasa parau, bila telah
tersumbat genderang telinga kita
Jangan lupa
kerikil tajam, yang menyayat luka
Lantas kau
sertakan bukit kokoh dalam bilah hatimu
Tanpa suara
ucapan selamat, pada senja
Aku bawa
engkau untuk menyelinap
Dalam kawanan
perdu yang bernyanyi ceria
Sehingga mereka
membagi kasih
Sebuah sikap
santun, melonggarkan nadimu
Tentang negeri
hujan yang kau pandangi
Aku bawakan
segumpal awan pembawa hujan
Dari batas
yang tak mampu kita pandang
Hingga langit,
berdentang dengan cahayanya
Sudahkah kau
bicarakan dengan alam,
Sayap-sayapmalaikatpun
akan membawakan
Janganlah iri
dan dengki
Sunyilah dalam
malam berbintang
(Semarang, 5
Januari 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar