saat telah
sembuh telapak kakimu
dari tajamnya
duri yang kau pinang sendiri
aku bawakan
senampan hiasan hari
agar lebih
akrab engkau dengan pagi~tanpa kedurjanaan
bukankah
harus kau tawarkan semua
sembilu
yang, menyudutkan hatimu
tak lupa
satu bait selamat pagi,
aku hujamkan
pada tepi hatimu
engkaupun
merobek wajah pagi
dengan
untaian mawar merah yang kau selip
pada kain
beludru tirai ranjang pengantin kita
kedua lengan
ini menjadi kencang
karena pagi
masih membentang dalam jalan panjang
meliuk ~
menjadi pematang tanah liat,
yang licin
dan mengusung sebuah cermin
agar kau
pandai bergincu, meski dengan merah mawar
lebih aku
suguhkan, dengan putih melati
seperti hari
ini, yang kau kayuh di tengah pagi
(Semarang, 1
Pebruari 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar