Tuhan, aku
datang lagi
Dengan
kemasan kado berbalut kain pasrah
Telah
meluruh bintang-gemintang
Saat aku
pingit di kering tenggrokanku
Aku dengan
genggaman yang longgar
Saat
menerkam semua belantara bermanik hitam
Melilit dan memelantingkan, hingga
tinggal satu dua nafas yang aku punguti
Lantas aku ikat dalam ikatan bunga ibadah
Hingga aku tersungkur
Menelan ludahku sendiri
Aku dalam ritmis yang sahaja
Mengokohkan AsmaMU, di tiap rentangan angan
Berbatas tiada dan tiada
Engkaupun datang dalam bahasa angin, hujan dan debu
Namun hanya batas pandangku yang dapat
kuhadirkan ~Engkau tiada terkira
gemerlap semua puncak gunung dan padang
untuk menyunting bulan dan bintang
aku dalam pangkuanMU (Semarang, 3 /2/12).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar