Apa mau dikata sebelum
semua ini terjadi, memang hari hari yang
dilewati terasa indah dan berlalu begitu saja. Bagi Cassy jarum waktu menebas
atmosfer yang dihirupnya, terlewatkan begitu saja. Namun ternyata Tuhan Yang
Kuasa menghendaki lain, hari hari yang melingkungi kini bagaikan rantai berduri
yang melilit leher dan sekujur tubuhnya. Setiap sorot mata teman sekelasnya, bagi
dia serasa menyudutkanya. Entah apa dan dosa dia ataukah ini hanya perasaan dia
saja yang sudah tidak memiliki hari indah penuh enjoy. Mengapa pula tumpahan
cobaan hidup bagi remaja flamboyant ini, harus dia hadapi saat dia duduk di kelas
XII, yang beberap pecan lagi dia harus menempuh UN.
Sempat Cassy
hampir satu bulan tidak masuk sekolah
semenjak mama dan papinya berpisah dihempas prahara yang membuat getir hatinya.
Maka saat itu hanya dinding kamarnya saja yang mampu dia jadikan tumpahan
curhat, meski selama itu dinding dinding kamarnya hanya diam membisu. Seloroh
seloroh dalam canda ria bersama dengan teman sekelasnya, yang cuakepnya hampir
sama dengan Boneka Barbie saat itu dia tepiskan, atau dia lebih memilih untuk
menuangkan air matanya di atas bantal gulingnya.
Sesekali Cassy
lebih memilih duduk termenung di ayunan di bawah pohon jambu di belakang rumah.
Tempat itulah yang kerap menjadi tumpahan manja dia pada papinya, saat dia
masih kecil. Setiap Hari Minggu dia selalu bermanja dalam canda sayang bersama
papi dan adik-adiknya. Termasuk suatu hari, saat hari menjelang senja di awal
bulan ini. Saat saat itu kembali datang, meski dalam kemasan lamunan. Hingga Cassy
terlihat sering tertawa sendiri, lantas
tak berapa lama air matanya meggantikan tawa riangnya. Betapa papanya
meninggalkan dia begitu saja, begitu juga maminya yang masih kelihatan cantik
dan muda, yang lebih senang bergumul kepalsuan hidup dengan pria lainya.
Hati Cassy terus
menjadi bulan bulanan ombak Laut Selatan, terombang ambing antara kenyataan
yang merenggutnya dan sebuah protes
entah kepada siapa, mengapa kenyataan ini meski terjadi. Mengapa sesuatu yang
terindah di dunia ini, harus hiolang begitu saja ?. Meski pada sore itu
telinganya mendengar deru mobil yang dia
kenal telah memasuki halaman rumahnya yang senyap. Diapun segera beranjak dari
kursinya untuk segera menjumpai sokib satu kelasnya.
“Oh..sokibku
semua, met jumpa lagi….dari mana saja kamu !..yuk silakan duduk ?” Senyum halus
Cassy tersungging dengan renyah wajah yag disodokan pada Kimberly,
2
Albert dan
Siska, yang begitu saja pada sedang merebahkan punggungnyadi kursi bambu
yang tertata di
beranda depan rumah Cassy yang luas. Sementara
mendung mengintip di belahan langit sebelah barat. Pertanda sebentar
lagi hujan akan menyambangi mereka.
“Cassy !, kamu
tambah nekad ya !, eh kamu sudah dua hari ini tidak ikut try-out. Tadi pagi Pak
Chandra nanyain kamu. Ayo dong be happy masa so sad terus. Kalau
kota kita berselimut mendung tebal, janganlah hati kamu juga ikut mendung, piss
friend !” pinta Kimberly yang sudah lama kental dengan Cassy seperti saudara
sekandung.
“Teman teman
dari klas lain malah mengira kamu pindah kota. Mereka berusaha calling kamu,
tetapi hp kamu tidak aktif. Ayo dong, Cinderella ! besok gabung lagi dengan kita,
aku mau deh njemput kamu, asal kamu mau berangkat, gimana ?” pinta Albert yang
ikut merasa kegetian hati Cassy, Cinderella yang sekarang berwajah seperti
kotanya, tertutup gulungan tebal awan hitam.
“Terimakasih,
sokibku semua. Sungguh aku sama sekali tidak ingin datang ke sekolah, jangankan
untuk ikut try-out. Seluruh hatiku tertutup awan gelap, sama sekali aku tak
selera berbuat apapun. Aku tidak sanggup ikut try out, biar aku langsung ikut
UN saja, sampaikan Pak Chandra, ya !”.
“Cassy !, bukan
itu masalahnya !. Tapi kita sekarang
kehilangan kamu !. Kamu sanggup memberi inspirasi pada kita semua, bila
kita sedang menghadapi masalah. Lagian kamu memang selalu ceria sepanjang hari,
ini yang membuat kita kehilangan, friend !” seru Siska di tengah wajah Cassy
yang mulai memerah jambu, setelah beberapa saat lalu wajah yang cantik dan melangkonis
itu pucat pasi. Selintas hadir di sisi hati Cassy betapa bahagianya saat di
tengah mereka. Baik sokib cewek ataupun yang cowok selalu memanggilnya “Cinderella
Putri Negeri Kaca”. Memang wajah Cassy cantik jelita, seperti mamanya yang
keturunan Belanda dan Ambon. Sedangkan papanya meski kelahiran asli Jawa, namun
wajahnya ganteng seperti actor sinetron.
Selain itu Cassy
dikenal semua sokibnya sebagai cewek yang luwes, familiar dan mau dekat dengan
sokib dari kalangan mana saja. Perihal kehalusan dan budi pekertinya semua
sokib dan guru-gurunya tidak memungkiri kelebihanya itu. Meski dia sanggup
tampil elegan di tempat manapun, tapi dia memilih untuk tampil bersahaja. Namun
saat saat ini dia berubah karakter begitu saja, sepertinya iblis bersayap telah
merenggut seluruh hatinya, tinggalah sisi gelap hatinya yang terus membawanya
bersikap acuh pada siapapun, malas dan tidak memiliki tanggung jawab pribadinya
terhadap masa depanya, yang seindah rajutan benang sutra.
3
Hujan deras kini
menerpa kota itu, mereka bertigapun segera pamit setelah mendapatkan
janji dari Cassy
untuk gabung lagi dengan mereka semua esok hari.
Cassy menjadi
acuh tanpa alasan pada Stevan yang telah lama berusaha mendekati dirinya, meski
sebelum itu Stevanpun hanya dianggap sahabat biasanya. Namun bagi Stevan sikap
Cassy yang lembut dan penuh peduli, dianggapnya telah membuka kedua tanganya
pada hasrat Stevan.Pada suatu pagi Stevanpun datang ke rumah Cassy dengan bekal
mampu menjadi dewa penolong terhadap keterpurukan hati Cassy.
“Akupun sama
sepertimu Cassy !, menjadi korban perpisahan mama dan papaku. Tapi aku biasa
saja, karena semua manusiapun akan mendapat giliran dari Yang Kuasa mendapatkan
cobaan “. Stevan berharap sekali mampu menyembuhkan sisi hati Cassy yang sedang
sakit.
“Itulah bedanya
aku dan kamu, Stev !!!”
“Bedanya di mana
?”
“Kamu mungkin
terbiasa dengan sikap tidak saling mencintai sesama keluarga “ jawab Cassy
dengan suara yang pelan dan datar.
“Mana bisa dalam
satu keluarga tidak saling menghargai satu sama lain ?“ jawab Stevan.
“Bisa saja,
Stevan !, dan banyak contohnya. Mama dan
papa mereka sibuk dengan bisnis dan ambisinya masing masing. Sementara
putra-putranya menjadi liar tak pernah tersentuh kasih sayang. Mungkin kamupun
terbiasa bersikap acuh dengan mama dan papamu”
“Kamu seperti
psikolog Cassy !, kalau mama papamu masih serasi dan bahagia, mengapa mereka
berpisah ?”
“Itulah manusia,
Stev !, dan akupun menjadi shok karena perpisahan mereka. Semua yang aku hadapi
tiap hari hanya limpahan kasih sayang mereka berdua dan sebaliknya. Maaf
Stevan, aku harap kita hanya sebatas sahabat saja tanpa lebih dari itu. Apa
yang kamu pinta sebelum itu, akupun tidak mengerti. Kan sudah sewajarnya sesama
karib saling menyayangi “
“Cassy !, OK !,
aku rela menjadi korban pelampiasan hati kamu, tapi jujur saja Cassy,
aku tidak mampu
jauh dari kamu “ rintih Stevan seperti hari-hari sebelumnya selalu
4
bersikap seperti
itu.
“Aku harap
engkau bisa menjadi sahabatku, maka berilah aku kebebasan untuk
menentukan apa
yang ada di hatiku. Sungguh Stevan !, semua teman pria yang berada diseputarku,
aku anggap sebagai teman biasa. Piss, Stevan !!!! “. Stevan tak mampu lagi
member jawaban pada semua yang dikatakan Cassy, dia hanya pamit dan pergi.
***
Pak Chandra
hanya mengusung sebuah senyuman yang menyuratkan bahwa dia tahu persis apa yang
sedang menyelimuti hati dan perasaan Cassy. Maka dia sebagai kepala sekolah
tanpa banyak bersikap menyalahkan Cassy. Pak Chandra hanya meminta Cassy untuk
kembali terlibat aktif di try out terakhir minggu ini.
“Cassy apa kabar
!, Cinderella kita hadir lagi !” teriak Bram.
“Rencana hari
ini kami semua akan ke rumahmu untuk meminta kamu comeback “ . Sahut Puguh
ketua kelas mereka.
“Oh My God,
bidadarimu kembali tampak di depan kita semua “ Siska segera menyeruak ke
tengah kerumunan mereka dan segera menyodorkan jabat tangan pada sahabat
setianya. Sementara Stevan dengan langkah perlahan mendekati Cassy sambil juga
menyodorkan tangan kananya untuk sebuah jabat tangan, dengan sebuah bisikan “
Cass, habis try out aku antar kamu ke Bu Wulan” pinta Stevan.
“Tidak usah Stev
!, biar aku saja yang menghadap sendirian.
***
“Nah, kamu lihat
tadi teman temanmu kehilangan kamu semua, kan Cass ?”
“Iya bu !”
“Mereka semua
tetap ceria dan aktif sekolah !”
“Mereka tidak
punya masalah keluarga, bu !”
“Siapa bilang,
Cass !, Bu Wulan sebagai wali kelas, biasa mendapat pengaduan dari mereka.
Mereka semua juga punya masalah sepertimu !”
“Tapi masalahnya
lain dengan Cassy, bu !”
5
“Ya, betul,
Cassy !. Tetapi ada beberapa yang yang jauh lebih berat dari kamu “
“Mereka semua tidak
pernah cerita sama Cassy “
“Kamu tahu
Kimberly ?, dia diasuh oleh bukan ortunya sendiri. Sementara hingga kini dia
pengin sekali bertemu dengan ortu kandungnya. Juga Nur Hayati yang mamanya
dikabarkan meninggal di Arab, sedangkan bapaknya di rumah stress. Akhirnya Bu Wulan ikut membantu biaya
sekolah, karena dia sebentar lagi ikut UN. Cassy !, cerialah seperti sebelumnya
!” pinta Bu Wulan.
“Iya bu !, Cassy
akan berusaha !”
“Cassy bahagia
dan kesedihan dari setiap manusia, itu hanya tergantung dari sisi hati sebelah
mana. Bu Wulan sudah lama mengamati kamu dan Bu Wulan kagum dengan pribadimu.
Bu Wulan yakin kamu akan mampu mengurai derita hatimu !. Untuk melupakan derita
itu, cobalah kamu teruskan bisnis mamamu, kamu saya yakin mampu bisnis di bidang
boutiq, menggantikan mamamu”
“Cassy mengerti
Bu !”
Udara di sinang
hari itu kembali cerah, sang mentari tak lagi bermuka cemberut, demikian juga
hati Cassy yang mulai benderang. Sementara itu sayap Sang Putri Negeri Kaca
kembali berkepak lagi***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar