Jumat, 12 Oktober 2012
Tak Harus Bersedih
aku ceria, menggayut langit...
kadang kita tersentuh angin pagi...
Uh...wis rupek/kemrungsung tenan..
ngagem Sandangan Tawakal
Minggu, 30 September 2012
Puisi Rindu di FB-Ku
Kemarau...
Kemarau panjang...
tenggorokan terasa kering...
dahaga tiada henti...
matahari tegak lurus di kepala kita....
tenggorokan terasa kering...
dahaga tiada henti...
matahari tegak lurus di kepala kita....
angin kemarau..
turut memberi hidangan...
dengan nyanyianya
yang menggigit sendi tulang...
debu menyongsong kita..
memberi pesan..agar kita tengok hati ini...
adakah debu hitam..
yang menyumbat jiwa kita
untuk menautkan benang putih...
padaNYA di langit tujuh....
dariNYA awan akan membasahi
Anggrek Bulan kita...yang kita simpan
rapat rapat dalam dinding hidup...
kemarauku janganlah kau seganas
Raksasa binal. pemansgsa kita semua
Di Bawah Panas Menyengat KOTA SEMARANG, 29 Sept 2012...
turut memberi hidangan...
dengan nyanyianya
yang menggigit sendi tulang...
debu menyongsong kita..
memberi pesan..agar kita tengok hati ini...
adakah debu hitam..
yang menyumbat jiwa kita
untuk menautkan benang putih...
padaNYA di langit tujuh....
dariNYA awan akan membasahi
Anggrek Bulan kita...yang kita simpan
rapat rapat dalam dinding hidup...
kemarauku janganlah kau seganas
Raksasa binal. pemansgsa kita semua
Di Bawah Panas Menyengat KOTA SEMARANG, 29 Sept 2012...
Pacar
Sering sang pacar, sendu merayu...
renyah senyumnya...
tak jarang sekeras batu karang..
sekali sekali selembut sutera...
sedingin es...
renyah senyumnya...
tak jarang sekeras batu karang..
sekali sekali selembut sutera...
sedingin es...
sepahit empedu..
sebinal kuda sembrani
setajam belati...
seringan biji ilalang..
secantik Kate Midleton
Pernahkah secantik Mak Lampir..?
tanyalah pada rumputnya mas Ebiet....
sebinal kuda sembrani
setajam belati...
seringan biji ilalang..
secantik Kate Midleton
Pernahkah secantik Mak Lampir..?
tanyalah pada rumputnya mas Ebiet....
Indonesiaku..
bukan dalam belulang para pahlawan
tiada kau pernah tersepih dalam gugusan pulau...
kau berdandan Archipelago...
dari Toba...hingga Jaya Wijaya...
aku rindu Nyanyian Pulau Kelapamu...
untk penghantar tidur siangku...
terbukti VOC dan Dai Nippon ..
berpaling dalam langkah seribu...
kau sekarang...berpagar kepalan tangan
dan perhelatan besar koruptor
yang lenggang tak punya malu..
beriaslah, menjadi perjaka tampan..
bersanding dengan dara ayu...
kau tetap Indonesiaku....
yang lenggang tak punya malu..
beriaslah, menjadi perjaka tampan..
bersanding dengan dara ayu...
kau tetap Indonesiaku....
rindu dalm huruf U
Ku rindu...
agar tertepis sembilu...
telah sampai beribu..
kabar dari angin, berlidah kelu
tak seberkaspun menyatu...
hari hari berkelebat berlalu...
aku dalam satu...
untuk bayangmu agar padu...
sendi dan tulangku kaku..
tapi kau malah berlalu..
.....
agar tertepis sembilu...
telah sampai beribu..
kabar dari angin, berlidah kelu
tak seberkaspun menyatu...
hari hari berkelebat berlalu...
aku dalam satu...
untuk bayangmu agar padu...
sendi dan tulangku kaku..
tapi kau malah berlalu..
.....
Abadi.....
kusejukan hati ini...
dengan air kembang...yang kau rangkai
dalam salam candamu....
karena hari hari kita terlipat...
jangan kau petik lembaran dusta..
hanya akan membarakan petir dan api...
di dalamnya kau tertunduk lesu..
biarkan gaun birumu..
menjemput hari, saat pagar halaman
dengan air kembang...yang kau rangkai
dalam salam candamu....
karena hari hari kita terlipat...
jangan kau petik lembaran dusta..
hanya akan membarakan petir dan api...
di dalamnya kau tertunduk lesu..
biarkan gaun birumu..
menjemput hari, saat pagar halaman
diirimbuni Anyelir...dan Bougenvil
berwarna anggun...
tanda kau tepis saja , kesah dan resah
kita dalam nyanyian dewa dewa
penghuni bilik kita...
berwarna anggun...
tanda kau tepis saja , kesah dan resah
kita dalam nyanyian dewa dewa
penghuni bilik kita...
kemarau...kemarau...kemarau...
Kemarau panjang...
tenggorokan terasa kering...
dahaga tiada henti...
matahari tegak lurus di kepala kita....
angin kemarau..
turut memberi hidangan...
dengan nyanyianya
yang menggigit sendi tulang...
tenggorokan terasa kering...
dahaga tiada henti...
matahari tegak lurus di kepala kita....
angin kemarau..
turut memberi hidangan...
dengan nyanyianya
yang menggigit sendi tulang...
debu menyongsong kita..
memberi pesan..agar kita tengok hati ini...
adakah debu hitam..
yang menyumbat jiwa kita
untuk menautkan benang putih...
padaNYA di langit tujuh....
dariNYA awan akan membasahi
Anggrek Bulan kita...yang kita simpan
rapat rapat dalam dinding hidup...
kemarauku janganlah kau seganas
Raksasa binal. pemansgsa kita semua
Di Bawah Panas Menyengat KOTA SEMARANG, 29 Sept 2012..
memberi pesan..agar kita tengok hati ini...
adakah debu hitam..
yang menyumbat jiwa kita
untuk menautkan benang putih...
padaNYA di langit tujuh....
dariNYA awan akan membasahi
Anggrek Bulan kita...yang kita simpan
rapat rapat dalam dinding hidup...
kemarauku janganlah kau seganas
Raksasa binal. pemansgsa kita semua
Di Bawah Panas Menyengat KOTA SEMARANG, 29 Sept 2012..
Rakus....
heran...
mengapa manusia berlomba menelan...
pncak Himalaya dan Singasana Indraloka...
bermandi basuhan bidadari...
ataukah karena Dajjal bermata juling..
dan bermuka durjana menghembus
setiap simpul saraf manusia rakus..
heran..
mengapa titian Ilahi menjadi lengang..
mengapa manusia berlomba menelan...
pncak Himalaya dan Singasana Indraloka...
bermandi basuhan bidadari...
ataukah karena Dajjal bermata juling..
dan bermuka durjana menghembus
setiap simpul saraf manusia rakus..
heran..
mengapa titian Ilahi menjadi lengang..
sepi dari tangen bergandeng, bahu
merapat...
dan belaian rambut untuk si miskin
atau karena mereka yang pongah...
bertabur lampu dan sorot jalanan
penuh anyir dan atmosfer busuk
telah menelan mentah mentah kita semua...
heran....seribu pertanyaan
memenuhi dinding jantung....
dan belaian rambut untuk si miskin
atau karena mereka yang pongah...
bertabur lampu dan sorot jalanan
penuh anyir dan atmosfer busuk
telah menelan mentah mentah kita semua...
heran....seribu pertanyaan
memenuhi dinding jantung....
Semarang, 1 Oktober 2012
Kamis, 27 September 2012
"Senyum" Puisiku di FB-ku
Senyum...
mengapa jalan ini masih panjang...?
namun aku dan kau...
tetap dalam senyum "Sang Awang Awang Kumitir..."
kau tanam daun pandan..
aku rapikan pagar dari tumbuhan melati..
namun aku dan kau...
tetap dalam senyum "Sang Awang Awang Kumitir..."
kau tanam daun pandan..
aku rapikan pagar dari tumbuhan melati..
hingga seberkas galau, kau tepis
dengan lantang desir angin pagi..
tak ada galau dan pilu..
ragupun, mengerling mata...
berlalu tanpa senyum bidadari
Kau dandani bilik bambu...
tempat kita menguntai tembang hidup..
dengan kain ornamen Dewi A'mour...
agar pusaran bumi, membawa kita
pada cakrawala terselip di Kodrat Illahi...
kau yang memiliki pagi ini,
akupun menyeruak dalam angin gunung yang sejuk
asa dan harap...selalu milik pagi ini
28 September 2012
dengan lantang desir angin pagi..
tak ada galau dan pilu..
ragupun, mengerling mata...
berlalu tanpa senyum bidadari
Kau dandani bilik bambu...
tempat kita menguntai tembang hidup..
dengan kain ornamen Dewi A'mour...
agar pusaran bumi, membawa kita
pada cakrawala terselip di Kodrat Illahi...
kau yang memiliki pagi ini,
akupun menyeruak dalam angin gunung yang sejuk
asa dan harap...selalu milik pagi ini
28 September 2012
Moncer Atiku..Moncer Kotaku
Moncer, atiku...
kaya cemlorote lampu Alun Alun,
sing dadi "cumbu rayuku" esih tresna
karo pangeling-eling Kota sing kaya prawan Landa...
aku wis pirang ewu atiku...
kaya cemlorote lampu Alun Alun,
sing dadi "cumbu rayuku" esih tresna
karo pangeling-eling Kota sing kaya prawan Landa...
aku wis pirang ewu atiku...
pada teembangan nang pinngire
Kali Ketiwon...
ngentene srengenge gawe padang
aku karo sampeyan..duh pramestri
pada gageyan golek penguripan
atiku atimu...nang kene...PUISI TEGALAN...28 SEPT 2012
Kali Ketiwon...
ngentene srengenge gawe padang
aku karo sampeyan..duh pramestri
pada gageyan golek penguripan
atiku atimu...nang kene...PUISI TEGALAN...28 SEPT 2012
Pagi
pagi aku datang lagi...
daun beluntas di pekarangan....
mulai berjemur sinar matahari...
aku, dalam rona dada berisi cinta...
menjenguk semua alam,
daun beluntas di pekarangan....
mulai berjemur sinar matahari...
aku, dalam rona dada berisi cinta...
menjenguk semua alam,
gemerisik daun ilalang, rumpun bambu,
lengang pematang sawah masih iri
dengan diriku...
selamat pagi,
biarkan alam bersua parau, garang dan menikam
asal kita masih kokoh bahu dan kaki kita,
tak ada ragu tertutup kabut pilu...
kita songsong segala hasrat
seperti Raden Arjuna mencari bilah hidup
cinta dengan Dewi Dersonolo...
aku dalam ceria...TEGAL, 28 Septa 2012...SEMAR...
lengang pematang sawah masih iri
dengan diriku...
selamat pagi,
biarkan alam bersua parau, garang dan menikam
asal kita masih kokoh bahu dan kaki kita,
tak ada ragu tertutup kabut pilu...
kita songsong segala hasrat
seperti Raden Arjuna mencari bilah hidup
cinta dengan Dewi Dersonolo...
aku dalam ceria...TEGAL, 28 Septa 2012...SEMAR...
Rabu, 29 Agustus 2012
Senyum
senyum sekuntum mawar
dalam nyanyi rindu kutunggu...
untuk mengejar cakrawala..berhias
rendra kain sutra
bertepi senyum setangkai bunga
kau sodorkan melati putih bersih...
kau masih tertunduk lesu
jangan lagi kau warnai tabir
diantara aku dan kau, dengan gurat
kelabu...
bukankah kidung Asmarandhana
kau
susun warna warni
kala kita di sawah ladang memburu
angin musim, dari sari terbawa angin
desa
kita bertemu, menguntai perjalanan
yang kau sajikan dengan gula
senyumu....
Tegal, 29 Agustus 2012
Rabu, 13 Juni 2012
kaulah pengantinku
diantara batas batas pantai yang
lepas bebas
kau menawarkan madu dalam
kelopak mawar jingga
aku mengikat bunga melati, agar
kita mampu memiliki prosa
semanis putri manja bergula asmara
kau menyibak tabir, akupun tak jera mendengar
celoteh derit batang bambu
di sisi pulau cinta aku berdiri
menyisir hari
sedang di batas lain, kau menata
bantal dan sajian
gula gula malam dalam tembang
bintang gemintang
hingga bulan bersenyum malu,
kau hangat menghias malam
aku petik satu bintang, lantas
kau lepas bernyanyi
menepis kabut malam membalut
duka lara
kau pengantinku……
akupun sang pangeran dari sisi
pulau
lantas malampun mengubah warna
biru merindu
jangan kau takut dengan terkaman
matahari
atau licinya jalan panjang…
semua telah tergambar di langit
(Semarang, 14 Juni 2012)
Langganan:
Postingan (Atom)