Kamis, 05 Agustus 2021
Seribu Keindahan
Saat kau kecup keningku...
di temaram senja...
aku bisikan legenda cinta Sang
Abimanyu dengan Siti
Sundari kau terperangkap dalam hipnotis sihir cinta,
antara
kesetiaan sang ksatria dan harum rambut sutra Siti Sundari bila lembayung ufuk
telah menghias warna langit...
saat semua cicit burung meluruh, diterkam dingin
angin kembara kaupun menyingsingkan hari..
melipat sayapmu menjamah dengan puisi
sang pejaka yang kasmaran mengayuh biduk di lautan peluh... kita dalam satu
bertaut di tali hasrat dewa dewi,
penghuni Indraloka teduh di bawah perdu.. aku
sang pemburu yang nanar di tengah padang gersang hanya nyanyian belukar pilu
tersentak angin kemarau..
tetesan embun pagi menjadi asing, tak terbilang
keagkuhanya akupun hanya berpegang pada ranting kering yang tak kokoh sedangkan
angin benua siap melahap tubuhku
lantas entah musim apa yang membawa rembulan
dalam keranjang sutraku ranting kering bermetamorfosis menjadi dahan dan
dedaunan menyimpan selaksa kesejukan dan puisi nyanyi rindu bagai dua remaja
saling melepas menggambar sketsa peraduan dalam perpaduan jantung kau dan aku
aku disergap cinta yang kau taburkan seringan sari bunga bunga taman mawar merah
jingga... anggrek bulan biru merindu kenanga kuning meronta dalam gairah semua
tertanam berjejer rapi di kebon bunga milikmu miliku..
tak ada dusta.. tak ada
sorot mata yang tajam... ceria... sepadan...serasi dalam singasana penghuni
Indraloka gerimis senja m asih menerkam halaman rumah kita... namun kau hangati
dengan seribu kata cinta
Semarang, 26 Juli 2021
Senin, 02 Agustus 2021
UNTUK PAHLAWANKU
UNTUK GREYSIA POLII DAN APRIYANI RAHAYU
Aku melompat kaget
Sempat terhenyak,
bagai duburu raksasa lapar
Saat kau
lambungkan merah putih Di atmosfer Tokyo,
Fujuyama terbius bungkam
Sedari awal tak hirau kalian berdua
Namun kubuang sudut hati itu
Kini dadamu berdua
tersemat Garuda Gagah Perkasa
Berjuta uluran tangan
Rakyat
Indonesia Menunggu usapan tanganmu
Bersama menjalin ikatan kasih Di Bumi
Nusantara
Semarang 2 Agustus 2021
Jumat, 22 Januari 2016
Teriakanku
Tentang
apa yang terus terngiang di telinga dan
tiap ujung malam
Satu
demi satu tabir kulepas hingga meradang tulang igaku
Tapi
tak satupun bisa memberiku sebuah rindu,
aku berteriak
Hingga Semeru dan Merapi menggeliat bagai
perempuan binal
Aku
terus bercermin pada huma dan nyanyian pipit, seloroh daun Akasia
Untuk
menembuskan pandang menemukanMU jauh di
Istana Awan Putih
Akupun
menyulam prosa kata kata Munajat dalam doa
Agar
tak tampak lagi gugusan awan hitam menggigitku
Dengan
taring tajam dan sayatan penuh pedih dan pilu
Lantas
apa lagi yang harus aku tanam , bila
taman bungapun terus mongering
Lantaran
jalan panjang menukikan nyanyi jiwa sang nenek sihir
Pongah
dan kebaya berenda kering butiran debu
Aku
terhenyak dari seribu mimpi tentang fatamorgana kilau
tepi pantai denga pagar anyelir tertunduk lesu
Sehingga
aku dating dengan benang sutra menjenguk langiMU
kentara
aku tanam nyhanyian Puja Kemahahebatmu, aku tertukam
hatiku sendiri.
Tuhan
betapa sejuk air dingin yang kau curahkan
Terseibak
sudah Rasa sepi dalam aliran darah.(Semarang, 22 Januari 16).
Semarang
22 Januari 16
Jumat, 17 Mei 2013
Korupsi
Hari ini....
aku bekali rongga dadaku dengan
sebuah kejujuran
walau sindiran tajam dari asap
pengap aspal jalanan
yang hitam berlobang...terus
membidiku dan melentingkanku ke semayam
Bhatari Durga bertaring tajam
peluh pucuk ilalang
Keluh dan penat bagai ritme
tembang dolanan jawa anak ingusan
yang menutupi tiap lekuk
tubuhku...
namun aku tetap menjulang tinggi
menawan awan putih bersih
menyibirkan tiap puncak bukit dan
tebing yang pongah giginya
mengapa mereka diam bagai
tertusuk sembilu ?...diam membisu
sementara hunian taman kembang
setaman
menampikan kerah dan baju mereka
yang lusuh ditikam Korupsi
mereka semua tidak berani lagi
berkaca pada bening air telaga
di bebatuan khatulistiwa negeri
para bidadari
bernaung di garis Jaya Wijaya dan
Bukit Barisan
kita semua terperangah dalam
hitamnya kabut dengus raksasa
bermata juling dan berbaju sulaman moralitas,
terkikis tergolek lesu oleh
terpaan angin Kumbang penyejuk jiwa
aku dalam rona kembara....
aku dalam gambaran kanvas warna
warni otaku sendiri
entah siapa yang akan
mencibirkanku
aku tetap menampik jelaga
dilangit
SEMARANG 18 Mei 2013
Langganan:
Postingan (Atom)