Kamis, 05 Agustus 2021

SANG Kumbang

aku bagai kumbang jalang 
tak mengenal janji atau lagu rindu, 
aku melupakan hari warna 
sayap kupu-kupu biru beruntai merah 
dalam seduhan menyudutkanku 
 aku mengepakan sayap 
menerjangkan detak jantung 
mencari kebun bunga agar daraku mendidih melentingkan kedua kakiku 
menggapai kelopak bersari bibir gincu kuulurkan benang 
agar engkau mampu berteriak lantang 
mengggurkan daun akasia menerbangkan debu pada tepi pelangi 
bersusun gairah hatimu enyahlah kau nyanyian getir mengubur makna karena aku yang member arti tentang rajutan hidup dalam kidung asmara bersama kau 
di pualam malam

 (Semarang, 13 Maret 2012)

Seribu Keindahan

Saat kau kecup keningku... di temaram senja... aku bisikan legenda cinta Sang Abimanyu dengan Siti Sundari kau terperangkap dalam hipnotis sihir cinta, antara kesetiaan sang ksatria dan harum rambut sutra Siti Sundari bila lembayung ufuk telah menghias warna langit... saat semua cicit burung meluruh, diterkam dingin angin kembara kaupun menyingsingkan hari.. melipat sayapmu menjamah dengan puisi sang pejaka yang kasmaran mengayuh biduk di lautan peluh... kita dalam satu bertaut di tali hasrat dewa dewi, penghuni Indraloka teduh di bawah perdu.. aku sang pemburu yang nanar di tengah padang gersang hanya nyanyian belukar pilu tersentak angin kemarau.. tetesan embun pagi menjadi asing, tak terbilang keagkuhanya akupun hanya berpegang pada ranting kering yang tak kokoh sedangkan angin benua siap melahap tubuhku lantas entah musim apa yang membawa rembulan dalam keranjang sutraku ranting kering bermetamorfosis menjadi dahan dan dedaunan menyimpan selaksa kesejukan dan puisi nyanyi rindu bagai dua remaja saling melepas menggambar sketsa peraduan dalam perpaduan jantung kau dan aku aku disergap cinta yang kau taburkan seringan sari bunga bunga taman mawar merah jingga... anggrek bulan biru merindu kenanga kuning meronta dalam gairah semua tertanam berjejer rapi di kebon bunga milikmu miliku.. tak ada dusta.. tak ada sorot mata yang tajam... ceria... sepadan...serasi dalam singasana penghuni Indraloka gerimis senja m asih menerkam halaman rumah kita... namun kau hangati dengan seribu kata cinta Semarang, 26 Juli 2021

Senin, 02 Agustus 2021

UNTUK PAHLAWANKU

UNTUK GREYSIA POLII DAN APRIYANI RAHAYU 
 Aku melompat kaget Sempat terhenyak, 

bagai duburu raksasa lapar
 
 Saat kau lambungkan merah putih Di atmosfer Tokyo, 

 Fujuyama terbius bungkam
 
 Sakura di pelataran rumah melpat kelopaknya
Maafkan aku, 

 Sedari awal tak hirau kalian berdua 

 Namun kubuang sudut hati itu 

Kini dadamu berdua

 tersemat Garuda Gagah Perkasa 

Berjuta uluran tangan 

Rakyat Indonesia Menunggu usapan tanganmu 

Bersama menjalin ikatan kasih Di Bumi Nusantara 

Semarang 2 Agustus 2021

Jumat, 22 Januari 2016

Teriakanku







Aku mencari di setiap sendiku
Tentang apa yang terus  terngiang di telinga dan tiap ujung malam
Satu demi satu tabir kulepas hingga meradang tulang igaku
Tapi tak satupun bisa memberiku  sebuah rindu, aku berteriak
 Hingga Semeru dan Merapi menggeliat bagai perempuan binal

Aku terus bercermin pada huma dan nyanyian pipit, seloroh daun Akasia
Untuk  menembuskan pandang menemukanMU jauh di Istana Awan Putih
Akupun menyulam prosa kata kata Munajat dalam doa
Agar tak tampak lagi gugusan awan hitam menggigitku
Dengan taring tajam dan sayatan penuh pedih dan pilu
Lantas apa lagi yang  harus aku tanam , bila taman bungapun terus mongering
Lantaran jalan panjang menukikan nyanyi jiwa sang nenek sihir
Pongah dan kebaya berenda kering butiran debu
Aku terhenyak dari seribu mimpi tentang fatamorgana kilau                                                                                                     
 tepi pantai denga  pagar anyelir tertunduk lesu
Sehingga aku dating dengan benang sutra menjenguk langiMU                                                                                                                                 
kentara aku tanam nyhanyian Puja Kemahahebatmu, aku tertukam                       
hatiku sendiri.

Tuhan betapa sejuk air dingin yang kau curahkan             
Terseibak sudah Rasa sepi dalam aliran darah.(Semarang, 22 Januari 16).


Semarang 22 Januari 16