Hari pertama
aku menginjak tahun 2012 dalam benang
biru, berujung simpul asa berkait pada rongga dada
yang
lapang......
Istriku
tersenyum berseri, anaku lelah
semalam
mencandai terompet dan kembang api
akupun masih
kenyang dengan roti bakar dan
segelas kopi
panas semalam.
Gerimis membungkam pekik terompet
Juga memberiku halaman baru...menyodoku
agar terus
memutar roda hidup, dalam birama
Jalan
panjang berliku, seperti tubuh Ular Naga
Namun berbagai
warna tubuhnya belum aku kenal
Kubalas
dengan metamorfosis suka duka
Dengan nadi
jantung yang memburu tirai kelam tersingkap
Pagar bambu
halaman rumahpun ikut menyentak
Dalam protes
tepi jaman yang tak mampu kupandang
Namun
beruntung embun pagi
Terus
menyapaku
Menyejuk
urat nadi istriku
Memberikan
ikatan bunga untuk anaku
Membeningkan
pandang mataku
Yang tak
lagi menelanjangi guratan nasib
Yang
menghisapku pada nyanyian burung parau
Sehingga
mengemas resah,
Melumat sisi
jantungku
Menyucapkan selamat
tdur
Meski kedua
mata hanya terpencing
Aku bangun
dalam bingkai 2012, sebuah misteri...
Dalam kado
bahagia, tanpa “Solar Flare” atau “Green House Effect”
Tanpa melempar
hujat pada korutor
Atau
kolektor uang negara
Aku tetap
terpingit, pada nyanyian padang
Masih
berlantai tanah merah berhias belukar
hanya belalang
yang berhasrat menyegerakan berputarnya
bumi
menyergap matahari. Namun inilah
bilah yang
aku punya untuk memburu embun pagi
dalam basuh
wajah yang segar berseri
menjemput
benang lurus 2012
(Semarang, 1
Jan 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar