“Biarkan
tebing terjal menghimpitku…..lautan memisahkanku ..atau kawanan elang mencabik
isi jantungku, aku harus tetap menjadi Ody yang braveman, aku tidak mau menjadi
pengecut “ teriakan hati Ody, meski hanya dia yang mendengarkan, tapi terus saja bilik jantungnya yang lebay bergayut
di dirinya. Entah sampai kapan dia terus menyeruakan maksud hatinya, untuk meluluhkan hati Rin, dia sendiri tidak
tahu. Dia hanya mampu mengingatnya saat dia mulai sekelas dengan Rin Mahardika “The
Silent Girl” dua tahun silam.
Kini usai sudah
Ody belajar di bangku sekolah menengah, setelah papanya membuka amplop hasil
pengumuman dari wali kelasnya, dan terbaca jelas kata LULUS di pengumman itu. Papa Ody hanya
tersenyum puas, Nampak dengan jelas tidak ada kegembiraan yang berlebihan di
raut wajahnya. Demikian pula Ody, yang terbesit dalam relung hatinya, akan
sebuah perjalanan panjang yang baru saja dia mulai.Maka Ody tidak mudah berbuat
seperti anak ingusan, konyol mencoret coret baju seragamya.
Haya kedua sorot
mata Ody, yang menyapu setiap penjuru sekolah untuk menelisik wajah manis yag
terkadang hanya dihiasi senyum tipis, atau kala dia mengibas rambutnya yang
terurai sebatas bahunya. Kadang pula kedua mata bolanya yang bereksotis di
balik kaca matanya, membuat Ody terus saja tidak mau membuang sorot matanya
pada The Silent Girl yang sedari pagi terus saja bergayut di lengan mamanya,
***
“Sudah ya Ody !,
papa harus ke kantor, nanti sore biar mamamu membuatkan makanan untuk pesta
kecil kecilan di rumah. Jangan lupa !, cepat pulang dan nggak usah ikut ikutan
turun ke jalan !” pinta papa Ody. Anak ke empat dari Andre Hudoyo itupun hanya
menganggukan kepala. Ody bergegas mmburu waktu untuk kumpul bareng dengan sokib
sokibnya, yang sebagian besar lulus UN tahun ini. Peluk manja dan derai tawa
terdengar di sana sini.
Sorot matanya
kini beradu dengan salah satu sudut sekolahnya, yang riuh lantaran banyak sokib
sokibnya yang melepas tawa lepas dan bebas, dan ditengah kerumunan itu “The
Silent Girl hanya melempar senyum tipisnya pada cowok cowok yang mengurungnya.
Ody seketika itupun dengan sigap mencoba laru dengan semua sokib sokibnya,
sementara dia terus meloading detak jantungnya, “Mengapa thesilent girl hanya memberikan senyum tipisnya,
padahal dia telah lulus. Kapan aku mampu membuat dia bisa terawa lepas. Karena
tawa lepasRin belum pernah aku jupai
sejak aku kenal dia dikelas XI “.
“Mengapa, kau penasaran
dengan senyum lepas cewek itu ?. Itu kan nggak prinsip….” protes sisi jantung
Ody. Sisi jantung Ody yang lainpun berusaha membela Ody, “Ah, kamu nggak tau
sih, aku ingin sesekali meliha dia tersenyum lepas saat di depanku. Apalagi
anak manja itu benar benar nggak pernah nyambung kalau aku ajak bicara !”
“Itu memang
bawaan dia sejak kecil, bro !. Maka dia jarang bisa senyum lepas dengan semua
orang, apalagi dengan kamu, Ody !”.
Kedua sisi
jantung Ody sat inipun terus megedepankan egonya masing masing, maka kini Ody
hanya mampu mendengarkan celoteh celoteh yang saling bertentangan , maka diapun kini hanya mampu berdiri terpaku
di kerumunan sokib sokibnya, yang mirip kumbang sedang memasang belalainya
untuk segea menjaring perhatian dari Si
CantikThe Silent Girl yang ada di
pusat kerumunan itu.
Silent Girl,
begitu acuhnya melihat kedatangan cowok ganteng itu,sama sekali dia tidak
terusik dengan memberi tegur sapa, atau “saying hallo”, pada Ody yang juga
berhasrat memasang jeratnya. Sama sekali tidak loading yang berate bagi silent
girl itu terhadap Ody.
“Bro, ayo dong
jangan seperti kakek pikun, kemana rencana kamu setelah pengumuman ini ?” pekik
Albert dengan menarik bahu Ody, agar lebih dekat lagi Ody mampu berbagi rencana
remaja remaja gaul yang sedang menebar jeratnya pada The Silent Girl, yang
kini mulai memberikan senyum yang lebih cerah ketimbang pagi tadi.
“Mengapa dia
mulai mau mengusung senyuman cerahnya, ah silent girl itu mulai merespon
Albert, ah apa sih Albert itu ?, cobalah aku lebih binal lagi memasang jeratku,
aku harus punya rencana yang lebih eksotis lagi, agar Rin betul betul tertarik
dengan rencanaku. OK Rin, kau harus berubah menjadi cewek yang lepas tertawa
hanya pada aku !!!”. Ody tambah menjadi binal menuruti kata hatinya itu.
“OK , friend !,
aku sudah lama pengin nongkrong dan berkemah di hutan yang masih perawan dan
nyaman. Kita naik ke Gunung Slamet, tetapi di punggungnya kita berkemah.
Setelah itu kita enjoy di Baturaden, Jogja dan coming home ! OK ?”
“Nora Kamu Od !,
itukan enjoynya anak udik !. Cari dong petualangan lainnya yang lebih syuuuuur
!” seru Bram.
“Bro, tiap hari
kita hanya melihat hutan beton, asap mikrolet, aspal yang berlobang. Sekali
sekali kita menyatu dengan hutan asli di penggung Gunung Slamet, eh Bro di
hutan itu nanti akan kita temui banyak mata air, jadi jangan takut. Kebetulan
aku punya tenda parasit untuk 8 pendaki cukup, kita akan mendengarkan kicauan burung burung yang lepas bebas !” Ody begitu
meyakinkan, karena pengalaman di sebagai Organisator Out Bond di grup pencinta
alam sekitarnya.
“Ody !, kalau
cewek bisa ngikut nggak ?”
“ Kenapa takut,
hutan Gunung Slamet sudah nggak ada lagi hewan ganas, asal Rin mau mandi di
sendang !, kenapa tidak !. Lagiankita bisa
turun ke Baturaden bila kita butuh suplay bekal. Ngikut aja Rin !” pinta Ody.
Rin Mahardika
“The Silent Girl” mulai menengadahkan wajahnya yang lembut dengan mata lugu
pada cowok ganteng yang renyah itu, diapun mulai mengusung senyum lebar pada Ody.Loading
hati Rin mulai menampakan sedikit sentuhan pada ajakan Ody. Lepas bebasnya
senyum sang ratu di tengah kicauan burung hutan Gunung Slamet tentunya akan
memiliki nuansa tersendiri. Apalagi sejuknya angin dingin Gunung Slamet di pagi
hari akan ikut merias wajah Rin.
“Udah Rin !,
pastikan kamu ikut ke Gunung Slamet. Kita coba nanti ajak Stefani, Wulan dan
Bunga. Atau kita ajak sokib-sokib satu kelas yang butuh enjoying. Gimana Ody !”
desak Albert.
Ody bertambah berselera
untuk segera mewujudkan petualangan di Gunung Slamet. Saat menyaksikan Rin
menganggukan kepala untuk berkencang dengan Punggung Gunung Slamet. Sekali lagi
senyuman halus diusung Rin kepada teman temanya dan sekali lagi hati Odypun
berdesir kuat. Meski dia belum tahu pastinya, apakah senyum Rin hanya untuk dia
atau kepada cowok ganteng lainya yang bareng ngumpul saat itu.
“Oh Surely, kita nanti bisa menyewa tenda di bumi
perkemahan Baturaden. OK friend sebaiknya kita rapatkan saja rencana kita besok
di sekolah. Sekalian kita minta ijin sekolah”
Kampus sekolah
itu kembali sepi. Sejuta rasa penasaran masih tumbuh di hari Ody***