aku simpan saja rindu yang merontang
meski mengalir deras sepanjang dinding
nadi darahku..
dalam rindu, aku sisihkan
apa yang harus tersimpan dalam kerah bajuku sendiri.
Dalam rindu, aku menjadi
pengecut yang lari dari tumpukan memori
aku belenggukan pada kawanan pipit,
terbang menyapa awan untuk rindumu yang sebatas kain tipis, namun bersorot
pandang tajam , aku tertikam pilu dan kelu
Untuk rindumu,
kau sendiri yang
menusukan pada kawanan ilalang tajam menyayat angin pagi, terhambur pada prosa
dinding jantungku lantas kau kemasi hari tersembunyi dalam bilik yang pengap tak
ada lagi untuku tawa sutra biru merayu...
saat pagi berkulum senyum kau
menghardiknya Untuk rinduku....
aku adukan pada Akasia yang menyerpih daun
daunya saat kemarau memberinya sisi tajam panasnya namun kau hanyut,
melibas dan
melentingkan hidangan yang aku sodorkan
demi sebuah hari panjang, berteman
sejuta dewa dewi menuai dan padi yang menggerutukan jalan panjang tak berarah
angin...
dalam dinding senyumu aku tersungkur Rindumu.. masihkan wewangi setelah
terbasuh sejuta kembang ? atau hanya kering beluntas yang menggambar biarkan aku
maki diriku sendiri melesat bagai anak panah
menawan hari hariku sendiri,
sepi......
Semarang, 2 Agustus 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar